Siak (ANTARA) - Desa Penyengat, Sungai Apit, Kabupaten Siak, mampu menekan tingkat kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) hampir 90 persen tahun 2019 berkat pembangunan 15 sekat kanal (canal blocking).
"Tahun 2014 tiga dusun yakni di Penyengat terbakar dengan luasan 2.000 ha," kata Kepala Dusun II Kampung Penyengat, Sungai Apit Anji Mardiator di Siak, Sabtu.
Anji Mardiator menyatakan Penyengat adalah wilayah rawan kebakaran sejak 2014. Ketika musim kemarau tiba, lahan gambut menjadi kering dan mudah terbakar. Kondisi itu diperparah sulitnya air sehingga membuat api susah dipadamkan.
Namun berkat adanya pembangunan sekat kanal di daerah tersebut pada tahun 2017 melalui program mitigasi perubahan iklim dari Indonesian ClimateChange Trust Fund (ICCTF) yang dilaksanakan oleh Yayasan Mitra Insani. Masyarakat sangat terbantu, dan kebakaranpun turun drastis.
"Pada tahun 2017 program ini sudah membuat enam sekat di dua dusun, yang mana mampu melindungi dan melembabkan lahan gambut seluas 50 hektare, lalu tahun 2018 pembuatan ditambah sembilan lagi hingga total ada 15 sekat kanal," ujarnya.
Cara kerja sekat kanal ini, air dalam kanal bisa tertahan sebagai cadangan di musim kemarau. Juga menahan luberan sahat musim penghujan sehingga tidak merusak serta merendam pertanian. Terpenting lagi saat ada kebakaran di wilayah sekitar segera bisa dimanfaatkan sebagai sumber air untuk pemadaman.
Teknis pembuatan sekat kanalnya diatur ukuran dan jarak pintunya dengan ketinggian terjun air. Besarannya bervariasi ada yang 70-90 cm.
Pria jangkung itu menambahkan hasil dari pembangunan 15 titik sekat kanal sangat dirasakan oleh masyarakat, baik untuk menekan kebakaran serta untuk irigasi pertanian.
Terbukti, pada tahun 2017, hanya ada 107 hektare lahan Kampung Penyengat yang terbakar.
"Pada tahun 2018 turun lagi menjadi 103 hektare, hingga Agustus 2019 tercatat hanya lima hektare lahan di Kampung Penyengat yang terbakar," tegasnya.
Selain itu manfaat sekat kanal juga bisa untuk membantu sistem pengairan pertanian masyarakat saat musim kemarau.
"Pada musim kemarau banyak warga yang memanfaatkan sekat kanal untuk merawat kebun nanas nya," imbuhnya.
Sementara itu Direktur Konsorsium Yayasan Mitra Insani (YMI) Muslim menyatakan program ICCTF telah dijalankan di Kampung Penyengat sejak 2017 di mana ada beberapa pembangunan yang dilakukan guna menekan karhutla. Di antaranya pembuatan sekat kanal sebanyak 15 unit.
Lalu Agroforestri dilakukan di lahan seluas 5 ha dengan 2.000 bibit tanaman Trembesi, Nangka, Sukun, Mangga Durian, Sirsak, dan Matoa.
Kemudian dilanjutkan dengan pengembangan pertanian di lahan seluas dua hekatare dengan komoditas cabai merah dan bawang merah.
Memfasilitasi penerbitan Peraturan Desa di tiap desa sekaligus SOP EWS tentang pencegahan dan penanggulangan Karhutla.
Pembangunan menara pantau api dari ketinggian 21 meter oleh Masyarakat Peduli Api (MPA) Kampung Rawa Mekar Jaya, Kecamatan Sungai Apit.
"Akan dibangun 20 unit sumur bor, juga peningkatan kapasitas masyarakat untuk pencegahan dan penanggulangan Karhutla lewat pelatihan Sekolah Lapang dan Pembibitan Kayu Alam," pungkasnya.
Yayasan Mitra Insani (YMI) merupakan organisasi nonpemerintah yang berbentuk yayasan, terbentuk di Pekanbaru yang menangani masalah lingkungan.
Baca juga: Hujan guyur Siak, Manggala Agni tetap lakukan pemadaman