Jakarta (ANTARA) - Kajian Yayasan Madani Berkelanjutan bersama Kelompok Advokasi Riau (KAR) di wilayah Riau pada kurun waktu Januari-Maret 2019 menunjukkan terdapat sebanyak 737 titik api (hotspot) di Provinsi Riau dan 96 persen di antaranya berada di wilayah prioritas restorasi gambut.
"Dan diperkirakan area terbakar seluas 5.400 hektare di wilayah konsesi," kata Direktur Eksekutif Madani Berkelanjutan, Teguh Surya, dalam konferensi pers, Jakarta, Selasa.
Baca juga: Satgas terbangkan tiga helikopter pengebom air atasi Karhutla Riau
Dia mengatakan bahwa berdasarkan tipologi kawasan, dari 737 titik api, sebanyak 705 titik api berada di lahan gambut dengan kedalaman 2-4 meter.
Dari 12 kabupaten dan kota di Provinsi Riau, kata dia, 10 kabupaten/kota ditemukan titik api, hanya dua yang tidak.
Ia menegaskan penemuan titik api itu mengkhawatirkan karena merujuk pada data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, kebakaran hutan dan lahan gambut menyumbang 34 hingga 80 persen dari total emisi Indonesia tahun 2015.
Peneliti dari Kelompok Advokasi Riau, Rahmaidi Azani mengatakan dalam kajian itu, pihaknya menemukan sebagian titik api itu juga berada wilayah konsesi dan wilayah prioritas restorasi, yang seharusnya tidak boleh ada kebakaran.
"Secara historis, ada konsesi-konsesi yang terus terbakar setiap tahunnya, setidaknya sejak tahun 2015. Di lokasi ini, kami juga tidak menemukan adanya upaya restorasi sebagaimana yang dimandatkan dalam Peraturan Presiden Nomor 1 tahun 2016," katanya
Kajian itu dilakukan dengan melakukan analisis titik api (hotspot) di Provinsi Riau menggunakan data dengan tingkat kepercayaan tinggi yakni lebih dari 80 persen dan investigasi lapangan untuk menelisik kebakaran hutan dan lahan yang terjadi pada periode Januari-Maret 2019.
Baca juga: Program Desa Bebas Api di Riau jangkau 600 ribu hektare
Baca juga: Luas Karhutla Riau sejak Januari mencapai 3.147 hektare
Pewarta: Martha Herlinawati S