Jakarta (ANTARA) - Film "Bali: Beats of Paradise" yang disutradarai Livi Zheng tayang di teater dengan layar terbesar di dunia menurut Guinness World Records, Super Plex G, Seoul, Korea Selatan, Minggu (31/3)
Super Plex G di Lotte World Mall, menghadirkan teater yang dapat menampung 622 orang, dengan layar selebar 34 meter dan panjang 13,8 meter.
Sebelumnya, trailer film itu tayang di Seoul Sky, bangunan tertinggi di Korsel, demikian menurut Pensosbud KBRI Seoul Purno Widodo dalam keterangan yang diterima Antara, Senin.
Baca juga: Ini pesan Ernest Prakasa di Hari Film Nasional
Penayangan film yang digarap di Amerika Serikat dan Bali itu mendapat sambutan baik dari penonton. Di antara yang hadir menyaksikan yakni sejumlah duta besar, pejabat pemerintah Korsel dan CEO perusahaan di Negeri Ginseng itu.
Livi Zheng menjelaskan film garapannya itu bercerita tentang perjalanan sepasang seniman dari Bali yang bermimpi memperkenalkan gamelan ke dunia internasional.
Sejumlah musisi terkenal terlibat dalam pembuatannya, yakni Judith Hill, penyanyi dan juga pencipta lagu asal California dan I Wayan Balawan, gitaris jazz Indonesia dari Bali yang terkenal dengan touch tapping style-nya.
"Saya semakin terinspirasi dan mendalami gamelan saat menyutradarai film ini. Saya akan terus mengangkat kebudayaan dan seni Indonesia di panggung dunia," ujar Livi yang juga menjadi produser "Bali: Beats of Paradise".
Film yang rencananya tayang di Indonesia pada Juli itu, turut diproduseri oleh Duta Besar RI untuk Korea Selatan Umar Hadi dan bankir Julia Gouw.
"Saya beruntung bertemu dengan sutradara Livi Zheng dan bankir Indonesia di Amerika Julia Gouw yang punya hasrat sama yaitu mempromosikan gamelan. Itulah awal terciptanya film ini. Saya ingin gamelan semakin dikenal di mancanegara dan terus diajarkan dan diwariskan ke generasi muda kita," ujar Umar yang mengikuti penggarapan fllm saat menjabat sebagai Konjen RI di LA.
Sementara itu, sejumlah penonton mengaku terkesan dengan "Bali: Beats of Paradise".
"Film ini sangat berbeda dan mengesankan. Perpaduan budaya Indonesia dan Amerika menghadirkan rasa tersendiri. Film ini menjadi salah satu gerakan film Asia yang sangat baik," ujar Jacob Choi.
Senada dengan Jacob Choi, Youngsil Park pun menyampaikan pujiannya.
"Amazing Film! Saya jadi makin suka gamelan dan kebudayaan Indonesia. Saya merekomendasikan film ini untuk ditonton," katanya.
Baca juga: Begini kesan Vino Bastian bisa perankan idolanya di film "Buya Hamka"
Baca juga: Asri Welas jadi peramal nyentrik di film "Rumput Tetangga"