BRG kucurkan Rp1,3 miliar tanggulangi Karhutla di Riau
Pekanbaru (ANTARA) - Badan Restorasi Gambut (BRG) menyatakan akan mengucurkan dana sebesar Rp1,3 miliar untuk membasahi gambut dan membantu penanggulangan kebakaran hutan dan lahan di Provinsi Riau pada 2019.
Deputi Bidang Konstruksi, Operasi dan Pemeliharaan BRG, Alue Dohong dihubungi Antara dari Pekanbaru, Selasa, mengatakan anggaran yang bersumber dari daftar isian pelaksanaan anggaran (DIPA) tersebut untuk melakukan Operasi Pembasahan Cepat Lahan Gambut Terbakar (OPCLGT) dan Operasi Pembasahan Lahan Gambut Rawan Kebakaran (OPLGRK).
"Pada tahun 2019 kedua operasi ini memaksimalkan total dana senilai Rp1,3 miliar terdiri dari DIPA Tugas Pembantuan senilai Rp890 juta dan DIPA BRG sendiri senilai Rp410 juta," katanya.
Baca juga: Ada 12 tersangka pembakar lahan selama Siaga Darurat Karhutla 2019
Dia menjelaskan OPCLGT adalah program cepat pembasahan gambut di lahan bekas terbakar dengan membangun sumur bor. Setiap sumur bor, katanya mampu untuk tetap membasahi gambut kering tersebut setara 3,14 hektare. Sementara OPLGRK adalah operasi pembasahan lahan gambut yang terindikasi rawan terbakar dan belum ada sarana pembasahan seperti sumur bor atau sekat kanal.
Saat ini, dia mengatakan BRG masih tengah melakukan pendataan untuk menentukan titik-titik pembangunan sumur bor maupun sekat kanal baru di lahan rawan maupun bekas terbakar. Dia memperkirakan awal April mendatang program itu bisa segera digulirkan di Provinsi Riau yang saat ini mengalami kebakaran hebat hingga mencapai 2.700 hektare.
Selain mengucurkan anggaran sebesar Rp1,3 miliar, dia juga menjelaskan upaya restorasi dan pembasahan gambut di Riau juga didukung dari anggaran pemerintah provinsi setempat. Dia mengatakan terdapat anggaran sebesar Rp800 juta dari DIPA Provinsi Riau tahun anggaran 2018.
"Kemudian untuk pemeliharaan sumur bor dan sekat kanal, pemerintah Provinsi Riau menganggarkan masing-masing sebesar Rp800 juta dari DIPA Provinsi Riau tahun anggaran 2018," lanjutnya.
Baca juga: Wah, Karhuta Riau meluas hingga 2.719 hektare
Alue menuturkan bahwa kebutuhan pembasahan gambut di Provinsi Riau mutlak untuk dilakukan setelah alat sistem pemantau air lahan gambut (SIPALAGA) yang terpasang dan tersebar di seluruh Riau mengindikasikan tingginya potensi karhutla di wilayah itu. Hal itu ditandai dengan banyaknya titik yang mengindikasi Titik Muka Air (TMA) yang rendah.
BRG telah memasang 47 alat pemantau tinggi muka air (TMA) di Provinsi Riau yang dapat dipantau secare realtime melalui situs SIPALAGA. Berdasarkan informasi tanggal 22 Maret 2019, diketahui 46 alat menunjukkan status bahaya dan 1 alat menunjukkan status siaga.
Untuk itu, Alue menjelaskan BRG telah melakukan koordinasi dengan pemerintah provinsi Riau khususnya dengan Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Riau dan Tim Restorasi Gambut Daerah untuk meningkatkan upaya-upaya pembasahan lahan agar lahan gambut tetap basah dan tidak menjalarkan api kebakaran ke titik-titik lainnya.
"Untuk mempertahankan tinggi muka air di lahan gambut, BRG melakukan upaya rewetting atau pembasahan lahan yang berfokus pada Pembangunan Infrastruktur Pembasahan Gambut (PIPG) berupa pembangunan sumur bor, pembuatan sekat kanal, maupun penimbunan sekat kanal," urainya.
Pembangunan sumur bor diutamakan pada daerah-daerah di dekat pemukiman masyarakat. Area-area yang diintervensi langsung oleh BRG adalah area non konsesi terutama yang pernah mengalami kebakaran di tahun 2015 atau sebelumnya.
PIPG yang dilaksanakan oleh BRG juga termasuk pemberian seperangkat mesin pompa air pembasahan gambut unit kepada 10 desa termasuk Desa Mundam, Kecamatan Medang Kampai, Kabupaten Kota Dumai yang saat ini wilayahnya tengah terjadi kebakaran.
Baca juga: Titik panas di lahan gambut Direstorasi menurun
Baca juga: BRG Ungkap Dugaan Kebakaran Lahan Perusahaan Sawit Riau
Deputi Bidang Konstruksi, Operasi dan Pemeliharaan BRG, Alue Dohong dihubungi Antara dari Pekanbaru, Selasa, mengatakan anggaran yang bersumber dari daftar isian pelaksanaan anggaran (DIPA) tersebut untuk melakukan Operasi Pembasahan Cepat Lahan Gambut Terbakar (OPCLGT) dan Operasi Pembasahan Lahan Gambut Rawan Kebakaran (OPLGRK).
"Pada tahun 2019 kedua operasi ini memaksimalkan total dana senilai Rp1,3 miliar terdiri dari DIPA Tugas Pembantuan senilai Rp890 juta dan DIPA BRG sendiri senilai Rp410 juta," katanya.
Baca juga: Ada 12 tersangka pembakar lahan selama Siaga Darurat Karhutla 2019
Dia menjelaskan OPCLGT adalah program cepat pembasahan gambut di lahan bekas terbakar dengan membangun sumur bor. Setiap sumur bor, katanya mampu untuk tetap membasahi gambut kering tersebut setara 3,14 hektare. Sementara OPLGRK adalah operasi pembasahan lahan gambut yang terindikasi rawan terbakar dan belum ada sarana pembasahan seperti sumur bor atau sekat kanal.
Saat ini, dia mengatakan BRG masih tengah melakukan pendataan untuk menentukan titik-titik pembangunan sumur bor maupun sekat kanal baru di lahan rawan maupun bekas terbakar. Dia memperkirakan awal April mendatang program itu bisa segera digulirkan di Provinsi Riau yang saat ini mengalami kebakaran hebat hingga mencapai 2.700 hektare.
Selain mengucurkan anggaran sebesar Rp1,3 miliar, dia juga menjelaskan upaya restorasi dan pembasahan gambut di Riau juga didukung dari anggaran pemerintah provinsi setempat. Dia mengatakan terdapat anggaran sebesar Rp800 juta dari DIPA Provinsi Riau tahun anggaran 2018.
"Kemudian untuk pemeliharaan sumur bor dan sekat kanal, pemerintah Provinsi Riau menganggarkan masing-masing sebesar Rp800 juta dari DIPA Provinsi Riau tahun anggaran 2018," lanjutnya.
Baca juga: Wah, Karhuta Riau meluas hingga 2.719 hektare
Alue menuturkan bahwa kebutuhan pembasahan gambut di Provinsi Riau mutlak untuk dilakukan setelah alat sistem pemantau air lahan gambut (SIPALAGA) yang terpasang dan tersebar di seluruh Riau mengindikasikan tingginya potensi karhutla di wilayah itu. Hal itu ditandai dengan banyaknya titik yang mengindikasi Titik Muka Air (TMA) yang rendah.
BRG telah memasang 47 alat pemantau tinggi muka air (TMA) di Provinsi Riau yang dapat dipantau secare realtime melalui situs SIPALAGA. Berdasarkan informasi tanggal 22 Maret 2019, diketahui 46 alat menunjukkan status bahaya dan 1 alat menunjukkan status siaga.
Untuk itu, Alue menjelaskan BRG telah melakukan koordinasi dengan pemerintah provinsi Riau khususnya dengan Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Riau dan Tim Restorasi Gambut Daerah untuk meningkatkan upaya-upaya pembasahan lahan agar lahan gambut tetap basah dan tidak menjalarkan api kebakaran ke titik-titik lainnya.
"Untuk mempertahankan tinggi muka air di lahan gambut, BRG melakukan upaya rewetting atau pembasahan lahan yang berfokus pada Pembangunan Infrastruktur Pembasahan Gambut (PIPG) berupa pembangunan sumur bor, pembuatan sekat kanal, maupun penimbunan sekat kanal," urainya.
Pembangunan sumur bor diutamakan pada daerah-daerah di dekat pemukiman masyarakat. Area-area yang diintervensi langsung oleh BRG adalah area non konsesi terutama yang pernah mengalami kebakaran di tahun 2015 atau sebelumnya.
PIPG yang dilaksanakan oleh BRG juga termasuk pemberian seperangkat mesin pompa air pembasahan gambut unit kepada 10 desa termasuk Desa Mundam, Kecamatan Medang Kampai, Kabupaten Kota Dumai yang saat ini wilayahnya tengah terjadi kebakaran.
Baca juga: Titik panas di lahan gambut Direstorasi menurun
Baca juga: BRG Ungkap Dugaan Kebakaran Lahan Perusahaan Sawit Riau