Titik panas di lahan gambut Direstorasi menurun

id gambut, bakar,BRG,gambut riau

Titik panas di lahan gambut Direstorasi menurun

Semak belukar dan pepohonan akasia hangus terbakar di kawasan hutan konservasi, Medang Kampai, Dumai, Riau, Minggu (3/2/2019). Kebakaran hutan dan lahan gambut yang terjadi di kawasan hutan konservasi itu sudah berlangsung selama tiga hari akibat cuaca panas dan diperkirakan kebakaran mencakup 10 hektare kawasan hutan itu. (ANTARA FOTO/Aswaddy Hamid)

Siak (Antaranews Riau) - Badan Restorasi Gambut mengklaim titik panas di lahan gambut yang telah direstorasi menurun drastis dalam radius dua kilometer dari titik yang telah dibangun infrastrutur pembasahan.

"Analisis kami menunjukkan pembasahan yang kami lakukan berupa sekat kanal dan sumur bor di Riau, membuat jumlah titik apinya menurun drastis. Sampai dua kilometer dari titik yang telah dibangun infrastruktur, yang dilakukan pembasahan gambut," kata Kepala BRG, Nazir Foead dalam kunjungannya di Siak, Senin.

Hal tersebut kata dia membuktikan bahwa masyarakat yang membangun sekat kanal juga ikut menjaga gambut. Jika gambut kering masyarakat turut ikut membasahi dan sebaliknya juga berpartisipasi mengurangi resiko kebakaran.

Meski begitu dikatakannya bahwa untuk wilayah di luar restorasi gambut dua kilometer memang masih banyak titik api dengan perbandingan satu berbanding sepuluh.

Baca juga: Pendatang Dari Sumut Bakar Ratusan Hektare Lahan Gambut Rohil

BRG melakukan Pembangunan infrastruktur Pembasahan Gambut (PIPG) di tujuh kabupaten/kota, di Provinsi Riau. Selama 2018 telah dibangun 325 sumur bor dan 815 sekat kanal.

BRG juga melakukan revegetasi pada 120 hektare dan revitalisasi sosial ekonomi untuk 37 paket.

Selain kegiatan restorasi, pihaknya juga memberikan penyuluhan kepada petani maupun masyarakat dalam hal pengelolaan lahan gambut, seperti pengenalan teknologi "Aero-Hydro Culture" di sejumlah lahan Gambut di Kabupaten Siak yang tujuannya untuk menjaga agar tanah tersebut tetap basah.

"Sudah banyak pilihan teknologi yang sudah dikembangkan di Indonesia di beberapa tempat untuk meningkatkan produktivitas tanaman masyarakat di lahan gambut agar lahannya tetap basah. Pemupukan juga bisa berkurang dengan teknologi ini," ungkapnya.