Pekanbaru (Antarariau.com) - Pada H-7 Idul Fitri 2018 atau 1439 Hijriah, sejumlah perusahaan angkutan lebaran melalui jalur darat di Pekanbaru mulai memberlakukan kenaikan harga tiket untuk berbagai jurusan.
"Memang sudah ada kenaikan harga tiket. Itu sudah peraturan dari kantor pusat," ucap Mike, salah seorang staf administrasi counter bus di Terminal BRPS Pekanbaru, Jumat.
Mike menjelaskan bahwa kenaikan harga tiket tersebut berkisar antara 25 hingga 30 persen dari harga normal. Kenaikan tersebut dikatakan Mike memang sudah menjadi peraturan dari kantor pusat dan diberlakukan untuk seluruh kawasan trayek bus tersebut.
Lebih jauh ia mencontohkan bahwa untuk tiket dari Pekanbaru menuju Jawa Tengah dijual dengan kisaran Rp820 ribu. Padahal pada hari biasanya harga tiket tersebut hanya Rp625 ribu. Kendati tidak menjelaskan lebih jauh penyebab naiknya harga tiket tersebut, namun Mike mengatakan bahwa sejauh ini ia belum menerima komplain apapun dari calon penumpang.
"Sejauh ini para calon penumpang tidak ada yang mempermasalahkan kenaikan harga tersebut. Mereka bahkan tidak menanyakan soal perbandingan harga pada hari biasa," imbuhnya.
Hal serupa juga diungkapkan Dani, salah seorang agen tiket bus di terminal BPRS Pekanbaru. Pria yang telah berprofesi sebgai agen tiket selama bertahun-tahun tersebut mengaku bahwa kenaikan harga tersebut memang sudah menjadi kebiasaan.
Kendati demikian, dikatakannya bahwa hal tersebut tidak lantas menyurutkaan minat masyarakat untuk mudik dengan angkutan umum tersebut. Hal ini terbukti dari data pembelian tiket busnya yang bahkan sudah terlihat semenjak pekan kedua Ramadhan.
Dani mengatakan bahwa salah satu faktor naiknya harga tiket tersebut ialah lantaran penyediaan jumlah armada dari berbagai perusahaan angkutan umum tersebut. Dani menyebutkan bahwa tak sedikit perusahaan bus yang harus menyewa bus pariwisata akibat tingginya permintaan terhadap suatu trayek lebaran.
Sedangkan pihak pemilik bus pariwisata juga memanfaatkan momen tersebut dengan menaikkan harga sewa, sehingga mau tidak mau pihak perusahaan bus tadi juga terpaksa menaikkan harga tiket.
"Mau bagaimana lagi. Kami juga harus menyiapkan armada yang standby kalau-kalau bus reguler kami mengalami kendala," ucapnya.
Salah seorang penumpang Karyo, mengaku tidak terlalu mempermasalahkan soal kenaikan harga tersebut. Pasalnya momen mudik adalah sebuah hal yang dinilainya cukup penting.
Setidaknya mudik yang dilakukannya satu tahun sekali tersebut pantas untuk diupayakan semaksimal mungkin. Untuk mudik kali ini Karyo membawa serta istri dan kedua anaknya. Berbeda dengan pesawat, mudik menggunakan bus hanya menghitung jumlah bangku yang diduduki. Setidaknya ia mengatakan bahwa dua anaknya yang masih balita tidak harus membayar tiket.
"Kalau naik pesawat saya gak kuat mas. Gak kuat bayar tiket sama gak kuat naik pesawat. Takut ketinggian," ucapnya.
Oleh Retmon Bensal Putra