Pekanbaru, (Antarariau.com) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Riau mengantisipasi potensi kerawanan bencana kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di pesisir utara menyusul lonjakan jumlah titik panas di wilayah itu beberapa waktu terakhir.
"Pesisir utara sudah kering sehingga itu jadi prioritas antisipasi kita," kata Kepala BPBD Riau, Edwar Sanger kepada Antara di Pekanbaru, Senin.
Dia menjelaskan wilayah pesisir terdiri dari Kabupaten Bengkalis, Rokan Hilir, Siak, Meranti dan Kota Dumai. Dalam beberapa waktu terakhir, jumlah titil panas di wilayah itu melonjak sebagai indikasi adanya kebakaran hutan dan lahan.
Namun, dia memastikan kondisi tersebut berhasil diatasi setelah Satuan Tugas (Satgas) Pencegahan dan Penanggulangan Karhutla berjibaku melakukan upaya pemadaman baik dari sisi darat maupun udara.
"Alhamdulillah sudah berhasil diantisipasi oleh teman-teman kita di lapangan," tuturnya.
Selain itu, dia juga mengatakan wilayah pesisir sepanjang 2018 ini juga tercatat sebagai daerah dengan dampak Karhutla cukup parah.
Dari total 1.868 hektare lahan di Provinsi Riau yang terbakar sejak awal Januari hingga 20 Mei 2018, lima wilayah terparah merupakan daerah pesisir Riau.
Meranti menjadi wilayah dengan luas kebakaran terbesar mencapai 896 hektare, kemudian Bengkalis 345,5 hektare, Siak 131,5 hektare, Dumai 120 hektare dan Rokan Hilir 97,75 hektare.
Lebih jauh, Edwar menjelaskan bahwa kondisi musim kemarau di Provinsi Riau sejatinya selalu berawal dari wilayah pesisir utara dan mengarah ke selatan. Artinya, saat ini provinsi Riau dalam masa transisi menjadi musim kemarau sehingga dia mengatakan antisipasi akan terus ditingkatkan menjelang perubahan musim tersebut.***