Budaya Patriarki Masih Kuat, Angka Putus Sekolah Perempuan Riau Tinggi

id budaya patriarki, masih kuat, angka putus, sekolah perempuan, riau tinggi

Budaya Patriarki Masih Kuat, Angka Putus Sekolah Perempuan Riau Tinggi

Pekanbaru, (Antarariau.com) - Anggota Komisi V DPRD Provinsi Riau Ade Hartati Rahmat MPd, menyatakan keprihatinannya terhadap angka putus sekolah perempuan di daerah ini untuk jenjang SD, SLTP dan SLTA yang masih tinggi.

"Penyebab banyaknya angka putus sekolah dialami anak perempuan antara lain, lebih karena masyarakat di Riau masih menganut budaya patriaki sehingga sering kali mengabaikan kebutuhan anak perempuan untuk menuntut ilmu," kata Ade Hartati di Pekanbaru, Selasa.

Menurut Ade angka putus sekolah menunjukkan tingkat putus sekolah di suatu jenjang pendidikan, misalnya angka putus sekolah SD menunjukkan persentase anak yang berhenti sekolah sebelum tamat SD, atau berhenti sebelum tamat SMP dan berhenti sebelum tamat SLTA.

Ia mengatakan, pengabaian terhadap anak perempuan, dilakukan sebagian kalangan orang tua yang berpendapat untuk apa anak perempuan sekolah tinggi kalau hanya nanti berkeluarga juga dan mengasuh anak serta mengurus suami.

"Budaya tersebut harusnya dipupus sebab perempuan yang berpendidikan rendah cenderung tidak bisa mandiri, dan pada akhirnya berkorelasi dengan pembinaan terhadap anak-anak mereka tentunya tidak akan berkualitas, karena pengetahuan mereka sangat terbatas," katanya.

Dampak lainnya, katanya, keterbatasan pengetahuan perempuan antara lain juga bisa memicu terjadinya KDRT, dan kekerasan terhadp perempuan dan anak.

Untuk itu, katanya Pemerintah daerah perlu meminimalisasi angka putus sekolah ini, apakah akar persoalannya terkait ekonomi yang kini semakin sulit sehingga orang tua tidak mampu melanjutkan pendidikan anaknya, maka harus ada intervensi dari pemerintah.

"Pemerintah daerah harus memperbanyak alokasi bantuan beasiswa bagi anak yang mau skeolah tapi berasal dari kelurga tidak mampu, sehingga mereka bisa terhindari dari drop-out sekolah," katanya.

Ia mengakui bahwa selama ini perencanaan anggaran bagi kebutuhan perempuan dan anak di daerah itu masih rendah, sehingga sejumlah program pemberdayaan terhadap perempuan dan anak di daerah itu belum tepat sasaran dan target.

Berdasarkan data dari Dinas Pendidikan Provinsi Riau, tercatat sebanyak 283.000 anak di Riau yang putus sekolah. Atas kondisi ini memicu posisi Riau saat ini berada di nomor 26 dari 34 provinsi di Indonesia. Menurutnya, posisi itu menunjukkan angka partisipasi penduduk Riau mengenyam pendidikan terbilang rendah.

Anak putus sekolah umumnya berada di kawasan perkebunan. Sebagian besar mereka adalah pendatang yang dibawa orangtuanya.

Orang tua anak itu bekerja di perkebunan, disamping itu sarana pendidikan jauh dari tempat tinggal, sehingga membuat anaknya putus sekolah.

Data Diknas Provinsi Riau tercatat Kabupaten Indragiri Hilir menjadi kabupaten yang paling banyak anak putus sekolah di tingkat Pendidikan Menengah ( Dikmen). Sedangkan Kota Pekanbaru menjadi daerah tertinggi minim anak putus sekolah tingkat SMA. ***4***Budi Suyanto