Tembilahan, (Antarariau.com) - Kepolisian Resor Kabupaten Indragiri Hilir, Provinsi Riau berinisiatif untuk membentuk tim terpadu yang dilengkapi dengan peluru tajam terdiri dari Personel Polri, TNI, Pemda (BPBD), BBKSDA dan masyarakat Desa Tanjung Simpang, Kecamatan Pelangiran guna menyelesaikan konflik harimau sumatera dengan warga tempatan.
Kapolres Indragiri Hilir AKBP. Christian Rony, mengatakan, langkah inisiatif untuk membentuk tim terpadu diputuskan dalam sebuah pertemuan yang dipimpin oleh PJ Bupati Indragiri Hilir, Rudyanto, dan dihadiri oleh Kapolres Indragiri Hilir AKBP Christian Rony, Kasdim 0314/Inhil, Mayor Inf. Suratno, Kepala BBKSDA Riau Suharyono, Manejer SSL PT. THIP, Sahri Abdullah, forkompimcam Pelangiran, Kepala Desa, Abu Nawas dan masyarakat setempat Desa Tanjung Simpang, Kecamatan Pelangiran, Rabu (14/3) kemarin.
"Pertemuan tersebut sengaja dirancang, untuk mencari solusi terkait konflik yang terjadi antara warga Sinar Danau Dusun Simpang Kanan Desa Tanjung Simpang dengan hewan buas Harimau yang telah memakan korban," ucap Kapolres Inhil, Christian Rony di Tembilahan, Kamis.
Ia mengatakan, Konflik antara warga Sinar Danau dengan Harimau Sumatera tersebut telah menyebabkan korban manusia dengan rincian satu orang menderita luka cakar dan dua orang lainnya meninggal dunia.
Keganasan Harimau tersebut bahkan sudah menggangu kondisi psikologis warga. Warga ketakutan dan khawatir akan ada serangan kembali dari raja rimba itu. Akibatnya, warga tidak bisa bekerja untuk memenuhi kehidupannya sehari-hari, karena mengaku harimau tersebut masih terlihat berkeliaran di wilayah mereka.
Kepala BBKSDA Riau Suharyono, menuturkan bahwa perilaku harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae) yang diduga menjadi tersangka, dan diberi nama Bonita itu sudah dipantau sejak tahun 2017. Perilaku Bonita dinilai memang sudah menyimpang, berbeda dengan perilaku harimau pada umumnya.
Pembentukan tim terpadu, kata dia, merupakan langkah proses evakuasi yang ketiga. Sebelumnya, pada tahap pertama tim BBKSDA memancing Bonita itu hanya dengan memasang enam box trap berisi kambing dan babi hutan. Sedangkan untuk tahap kedua, umpan yang dipasang ditambah dengan obat bius yang bereaksi dengan waktu singkat, sehingga saat umpan dimakan, si kucing belang itu langsung akan terkena efek bius dari umpan yang dipasang.
Namun sayangnya, Kedua tahap ini belum memberikan hasil yang signifikan. Bonita tampak tak tergiur dengan umpan, bahkan dari kamera pengintai yang dipasang, Bonita terlihat melintasi umpan dengan santai. Untuk itulah, Polres berinisiatif membentuk tim terpadu yang dilengkapi dengan peluru tajam untuk melumpuhkan sebagai tahap ketiga dalam proses evakuasi harimau sumatera.
BBKSDA mengaku harus melumpuhkan Bonita, karena individu atau Bonita, akan diobservasi. Menurutnya, prilaku menyimpang seperti Bonita ternyata juga dijumpai di daerah konflik harimau lainnya. Perilaku umum pada harimau adalah ia akan takut dengan manusia dan selalu beraktifitas di malam hari, berbeda dengan Bonita yang selalu eksis menampakkan diri dihadapan manusia.
Sebelumnya, PJ Bupati Inhil, Rudyanto juga mengatakan, bahwa pertemuan itu bertujuan untuk mencari solusi terbaik dimana manusia bisa kembali beraktifitas dan hewan yang termasuk dalam kondisi kritis tersebut bisa diselamatkan dan dievakuasi.
Ia berharap dengan opsi ketiga yakni membentuk tim terpadu dilengkapi dengan peluru tajam untuk melumpuhkan Bonita dapat membuahkan hasil.
"Diakhir pertemuan, disepakati bahwa posko siaga yang dilengkapi dengan penembak jitu, akan langsung bekerja. Semoga dengan opsi ini, konflik manusia dengan harimau di Sinar Danau Dusun Simpang Kanan Desa Tanjung Simpang, bisa teratasi," Harap Rudyanto.