Pekanbaru, (Antarariau.com) - Dinas Kesehatan Provinsi Riau, terus menggiatkan pemberian tablet tambah darah pada remaja putri yang sudah balig (cukup umur), agar setelah menikah mereka tidak melahirkan anak kerdil atau "stunting".
"Tablet tambah darah diberikan satu butir per minggu guna menghindari anemia penyebab HB menjadi rendah, yang berpotensi kelak saat mereka menikah dan hamil akan melahirkan anak dengan gizi buruk," kata Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinkes Riau, Dedi Parlaungan di Pekanbaru, Rabu.
Dinkes Riau mencatat sebagian besar remaja putri di daerah itu mengalami anemia atau darah rendah karena termotivasi untuk melangsingkan tubuh, sehingga cenderung melakukan diet "tanpa makan" untuk berpenampilan cantik. Gejala anemia ditandai antara lain sering merasa pusing.
Menurut Dedi, pemberian tablet tambah darah itu bagian dari kepedulian Pemerintah Provinsi Riau sejak dini untuk mewaspadai gejala gizi buruk pada balita, apalagi "golden age" di mana periode 1.000 hari pertama kehidupan merupakan masa paling vital dalam perkembangan otak anak.
Ia mengatakan, dalam lingkup mental dan kognitif, saat efeknya stunting baru akan terlihat 14 tahun berikutnya, penyebabnya diantaranya gizi buruk.
Gizi buruk berpengaruh terhadap penurunan poin kecerdasan intelektual (IQ) dibandingkan dengan anak yang mendapat asupan nutrisi cukup.
"Selain itu dari segi fisik juga nampak perbedaan yang dinamakan stunting itu. Stunting memiliki gejala jangka pendek di masa anak-anak dan gejala jangka panjang di masa dewasa. Gejala stunting pada anak-anak yaitu gagal tumbuh yang ditandai dengan fisik yang pendek dibanding teman sebaya yang gizinya baik,"katanya.
Selain itu kadar konsumsi protein berpengaruh pada penambahan tinggi dan berat badan pada anak berusia di atas enam bulan.
Anak yang mendapat protein 15 persen dari total asupan kalori memiliki badan yang lebih tinggi dibandingkan dengan anak yang hanya mendapat protein 7,5 persen dari total asupan kalori. Berdasarkan penelitian Bank Dunia di Vietnam, perbedaan tinggi badan ini berkisar antara 3-5 cm.
Maka faktor-faktor seperti tinggi badan dan poin IQ anak yang mengalami malnutrisi/gizi buruk, tidak akan bisa mengejar anak yang cukup nutrisi. Karena itu stunting disebut sebagai kondisi yang irreversibel (tidak bisa dikembalikan seperti semula) akibat malnutrisi.
Ia mengimbau remaja putri untuk melakukan diet yang baik jika ingin mengurangi berat badan, antara lain bisa dilakukan aktivitas (olahraga) fisik selama 30 menit dimulai dengan pemanasan, baru pendinginan, dan makan buah serta sayur, berikutnya sering melakukan cek kesehatan secara berkala.
Sebelum berangkat sekolah, anak wajib sarapan untuk menghindari anemia dan kosentrasi belajar tidak terganggu karena perut kosong sulit untuk berfikir dan mencerna pelajaran. Karena itu mereka juga harus dibiasakan dalam gerakan masyarakat (germas) hidup sehat dan bersih. ***4***T.F011