Pemerintah Diharapkan Bantu Pemasaran Biofuel

id pemerintah diharapkan, bantu pemasaran biofuel

Pekanbaru, 9/6 (ANTARA) - Pemerintah diharapkan membantu pemasaran ribuan metrik ton biofuel di Provinsi Riau yang hingga kini belum terjual untuk menghindari kerugian lebih besar pada investasi industri hilir kelapa sawit.

"Ribuan metrik ton biofuel yang dihasilkan industri di Riau belum terjual," kata Ketua Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Riau Wisnu Oriza Suharto di Pekanbaru, Rabu.

Ia mengatakan sejak 2008 sejumlah perusahaan di Riau kalah saing dalam pemasaran biofuel dari negara lain seperti Malaysia.

Karena itu, ia meminta pemerintah membantu mempromosikan biofuel dan mengeluarkan kebijakan untuk menyerap biofuel bagi keperluan dalam negeri.

Kepala Bidang Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan (P2HP) Dinas Perkebunan Riau Ferry HC mengatakan, sedikitnya sekitar 7.000 hingga 8.000 metrik ton biofuel produksi 2009 hingga kini belum laku dijual. Selain itu, ada satu pabrik pengolahan biofuel di daerah Duri, Kabupaten Bengkalis, yang berhenti beroperasi karena produksi berlebih namun tidak ada pembeli.

"Kami sudah mencoba mempromosikan biofuel melalui berbagai pameran dan saat berkunjung ke negara lain," katanya.

Ia mengatakan, kondisi tersebut tidak bisa terlalu lama dibiarkan karena akan merugikan perusahaan dan iklim investasi mengingat penyimpanan biofuel juga memerlukan penanganan khusus dan dana investasi yang tidak sedikit.

"Bahkan perusahaan besar seperti Pelita Agung Agro Industri dan Asian Agri minta bantuan kami untuk menjual hasil biofuel yang tak laku dijual," ujarnya.

Ia mengatakan hingga kini ada empat pabrik pengolahan biofuel yang beroperasi di Riau.

Peluang pasar biofuel, lanjutnya, masih sangat terbuka karena kebutuhan bahan bakar terus meningkat sedangkan persediaan minyak bumi makin menipis.

"Saat ini peluang biofuel sedang bagus karena harga minyak mentah terus merangkak naik sehingga kemungkinan besar permintaan bahan bakar alternatif akan meningkat," ujarnya.