Pemprov Riau Targetkan Bono Sebagai Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata

id pemprov riau, targetkan bono, sebagai kawasan, ekonomi khusus pariwisata

Pemprov Riau Targetkan Bono Sebagai Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata

Pekanbaru (Antarariau.com) - Pemerintah Provinsi Riau mencadangkan lahan seluas 600 hektare untuk mendukung keberadaan "ombak Bono" di Muara Sungai Kampar, Kabupaten Pelalawan, yang dicanangkan menjadi kawasan ekonomi khusus pariwisata.

"Untuk mereasalisasikan Bono sebagai kawasan ekonomi khusus itu maka akses darat dan udara perlu dipersiapkan dengan baik," kata Kepala Dinas Pariwisata Raiu, Fahmizal Usman dalam keterangannya di Pekanbaru, Senin.

Menurut dia, sektor pendukung lainnya adalah keberadan penginapan, rumah makan dan toilet yang bersih, rapi dan nyaman serta dukungan dari SDM pariwisata yang berkualitas.

Ia mengatakan, saat ini Pemerintah Provinsi Riau juga sedang menelusuri potensi lain dari Desa Bono, yaitu Bono jazz festival.

"Wisata Bono sangat populer hingga ke mancanagera itu merupakan gelombang atau ombak yang terjadi di Muara Sungai Kampar, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau, Indonesia. Ombak Bono Sungai Kampar merupakan suatu fenomena alam akibat adanya pertemuan arus sungai menuju laut dan arus laut yang masuk ke sungai akibat pasang," katanya.

Biasanya ombak atau gelombang hanya terjadi di tepi pantai atau laut ataupun danau yang luas akibat perubahan arus air dan angin.

Ombak yang cukup besar banyak dimanfaatkan untuk bermain selancar. Jika melihat orang berselancar di pantai adalah suatu hal yang sudah biasa. Tetapi melihat orang berselancar di arus sungai adalah suatu hal yang luar biasa.

Ombak bono terbesar biasanya terjadi ketika musim penghujan dimana debit air Sungai Kampar cukup besar yaitu sekitar bulan November dan Desember.

Bono sebenarnya terdapat di dua lokasi di Provinsi Riau yaitu di Muara (Kuala) Sungai Kampar Kabupaten Pelalawan dan di Muara (Kuala) Sungai Rokan di Kabupaten Rokan Hilir. Masyarakat setempat menyebut Bono di Kuala Kampar sebagai Bono Jntan karena lebih besar, sedangkan bono di Kuala Rokan sebagai Bono Betina karena lebih kecil.

Menurut kepercayaan warga, gelombang bono yang ada di sungai kampar adalah bono jantan, sementara bono betinanya berada di daerah Sungai Rokan, dekat dengan Kota Bagansiapi-api.

Bono di kuala kampar tersebut berjumlah tujuh ekor, dimana bentuknya serupa kuda yang biasa disebut dengan induk Bono.

Pada musim pasang mati, bono ini akan pergi ke Sungai Rokan untuk menemui bono betina. Kemudian bersantai menuju ke selat Malaka. Itulah sebabnya ketika bulan kecil dan pasang mati, bono tidak ditemukan di kedua sungai tersebut.

"Jika bulan mulai besar, kembalilah bono ketempat masing-masing, lalu main memudiki di Sungai Kampar dan sungai Rokan. Semakin penuh bulan di langit, semakin gembira bono berpacu memudiki kedua sungai itu," katanya.

Untuk memperbanyak lokasi kunjungan wisatawan setelah dari Bono, maka Pemrov Riau juga mengembangkan Desa Teluk Meranti menjadi desa wisata Riau. Berikutnya Desa Teluk Jering, Puncak Ali Antan, Ulu Kasok. Tradisi Bakartongkang pada setiap festival diprediksi bisa mendatangkan uang sebesar Rp200 miliar termasuk pacu jalur.

Pacu jalur mampu menyedot kunjungan wisatawan lokas sebanyak 200.000, akan tetapi yang menjadi permasalahan yang berjualan masih didominasi pedagang dari luar Kampar.