Sukabumi (Antarariau.com) - Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat mencatat sepanjang Januari hingga Agustus 2017 ada 10 warga yang menjadi korban perdagangan manusia.
"Mayoritas korbannya warga selatan Kabupaten Sukabumi seperti dari daerah Palabuhanratu," kata Ketua Harian P2TP2A Kabupaten Sukabumi Elis Nurbaeti, Senin.
Sembilan dari 10 korban perdagangan manusia tersebut adalah wanita. Banyaknya kaum hawa yang diincar oleh pelaku human trafficking tersebut untuk dijadikan wanita penghibur di tempat hiburan malam atau menjadi pembantu rumah tangga.
Selain itu, ada juga dari mereka yang dipekerjakan sebagai buruh perkebunan, bahkan yang lebih memprihatinkan dari mereka ada yang tidak mendapatkan upah dan kondisinya memprihatinkan. Kebanyakan dari mereka diberangkatkan ke Malaysia, Kalimantan atau Papua.
Menurutnya, seluruh korban sudah mendapatkan penanganan dari pihaknya seperti pendampingan untuk menyembuhkan psikologinya karena korban perdagangan manusia biasanya mengalami trauma yang cukup berat.
"Untuk korbannya sudah kami tangani seluruhnya, namun pelaku seluruhnya diserahkan penanganannya kepada pihak kepolisian dan diharapkan ditangkap hingga akarnya," tambahnya.
Elis mengatakan masih tingginya angka kasus perdagangan manusia antara lain karena rendahnya pendidikan dan gaya hidup konsumtif warga yang ingin mendapatkan uang dengan cara mudah.
Sehingga para pelaku perdagangan manusia akan mudah membujuknya dengan iming-iming gaji/upah besar tanpa harus kerja keras, imbasnya menjadi korban.
"Untuk menekan dan memberantas kasus perdagangan manusia, berbagai upaya kami lakukan salah satunya sosialisasi langsung kepada warga yang rentan menjadi korban tersebut. Serta bekerjasama dengan seluruh pihak untuk menangkap calo perdagangan manusia," katanya.