Pekanbaru (Antarariau.com) - Dispar Riau Selasa, 18 Juli 2017 Kurator seni musik asal Riau, Rino Dezapaty pada saat menghadiri acara pembukaan Ajang Teater Sumatera (ATS) II di Anjung Seni Idrus Tintin (Purna MTQ) Pekanbaru, Senin (17/7) malam, menyatakan saat ini provinsi Riau sudah layak menjadi pusat pertunjukan seni di Sumatera.
Menurutnya, Riau merupakan pintu gerbang negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia. Pemerintah provinsi Riau memiliki gedung pertunjukan bertaraf internasional, dan dilihat secara letak geografis Riau berada tepat di tengah-tengah pulau Sumatera.
"Ada lima kurator seni dari wilayah Sumatera (Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Lampung, Jambi) menyatakan Riau sudah layak menjadi pusat pertunjukan seni di Sumatera," tegas Rino Dezapaty, pria yang menjadi pembicara serta pemikir seni pada acara Ajang Teater Sumatera-II.
Rino Dezapaty juga menuturkan, lima cabang seni (musik, tari, teater, rupa dan sastra), provinsi Riau memiliki seniman-seniman muda yang berpotensi dan sangat berbakat dibidang seninya, tapi sangat minim publikasi.
"Saya berharap bibit-bibit unggul ini (seniman muda Riau, red) bisa mengikuti jejak Presiden penyair Indonesia yang tak pernah terganti, Sutardji Calzoum Bachri, pria asal Rengat Indragiri Hulu provinsi Riau," tegas Rino Dezapaty.
"Pemerintah dapat lebih membantu untuk mendorong mempublikasikan hal ini. Dan hampir semua festival-festival yang digelar di luar negeri didukung oleh pemerintah. Tugas pemerintah adalah mengkoordinasikan, mencari direktur-direktur festival serta perpanjangan tangan untuk membuat kesenian itu hidup dan bisa menjadi daya jual ekonomi kreatif itu sendiri," ujarnya.
Menanggapi hal itu kepala Dinas Pariwisata provinsi Riau Fahmizal Usman menjelaskan, para seniman Riau memiliki potensi karya yang terus menerus lahir, dengan didukung fasilitas gedung dan perlengkapan yang sangat memadai dan representatif. Pembinaan seni yang bertajuk Ajang Teater Sumatera II yang digelar 17-20 juli 2017 merupakan usaha untuk menjemput keinginan tersebut.
Fahmizal berharap, momentum ini menjadi tonggak dalam mengembangkan seni pertunjukan yang tidak lagi sekedar "seni untuk seni" tetapi hendaknya sudah berfikir persoalan pasar.
"Artinya bagaimana nilai karya-karya terbaik selain memiliki nilai (value, red) untuk rohani, juga memiliki nilai jual yang tinggi, karena bagaimanapun dalam wilayah ekonomi kreatif, seni yang merupakan hasil kreatifitas para pelakunya memiliki potensi dan andil yang besar dalam memberikan sumbangan pendapatan negara," kata Fahmizal Usman pada saat acara pembukaan Ajang seni teater Sumatera II.
Fahmizal Usman berharap, dengan terselenggaranya program pembinaan seni pertunjukan dalam bentuk kegiatan ATS II ini, dapat mendorong kreatifitas dan meningkatkan apresiasi seni dan juga menjadi ruang untuk mengembangkan pariwisata Riau berbasis seni dan budaya.
ATS II tahun ini mengangkat tema "Riau sebagai gerbang kekuatan guna mendorong Riau menjadi pusat seni pertunjukan di kawasan Sumatera".
Tema ini sengaja diketengahkan dan menjadi isu dikawasan Sumatera, mengingat Riau saat ini sudah layak untuk menjadi pusat seni di wilayah ini.
Penyaji ajang teater Sumatera terdiri dari kelompok/komunitas teater unggulan di wilayah Sumatera. Unggulan dari kwalitas karya dan kemapanan group.
Adapun penyaji Ajang Teater Sumatera kali ini terdiri dari Teater Satu Lampung, Teater Selembayung, Teater Sakata Padang Panjang, Teater Riau Beraksi , Teater Matan dan beberapa tamu pertunjukan teater dari Jakarta.
Selain menyajikan pertunjukan pada kegiatan ATS II akan menggelar sarasehan dan diskusi dengan pembicara para pemikir seni, kreator dan tokoh-tokoh seni yang berpengalaman baik nasional dan internasional, diantaranya Putu Fajar Arcana ( Kompas - Jakarta) , Ramadhina Thaharani (Jakarta), Eri Mefry (Padang), DR. Yusril ( ISI Padang Panjang), Marhalim Zaini, MA (Riau) dan Rino Dezapaty (Riau).
(RLS)