Pekanbaru (Antarariau.com) - Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (FITRA) Riau meminta Gubernur Riau sebagai pemegang saham pengendali di Bank Riau Kepri (BRK) untuk mengganti pejabat di perbankan daerah itu yang diduga plesiran ke luar negeri.
"Sebaiknya gubernur selaku pemegang saham pengendali agar mengevaluasi atau bahkan mengganti para pejabat BUMD yang tidak efisien termasuk plesiran ke luar negeri," kata Koordinator FITRA Riau Usman kepada pers di Pekanbaru, Jumat.
Pandangan FITRA tersebut setelah ada informasi seorang Direktur Operasional Bank Riau Kepri yang sering berpergian ke luar negeri bersama rekanan legislator menggunakan dana perusahaan.
Menurut dia, pemda memiliki kewenangan untuk menegur atau bahkan mengganti pejabat BUMD yang tidak menerapkan efisiensi dalam tugas-tugasnya, termasuk sering plesiran ke luar negeri.
Kata dia, Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) seharusnya memberikan kontribusi bagi daerah dengan menyumpang kas daerah saat kondisi defisit seperti saat ini.
Maka, lanjut dia, dibutuhkan pengawasan, termasuk membuat aturan yang ketat, seluruh BUMD harus melaksanakan efisiensi yang transparan sehingga mendatangkan keuntungan bagi kas daerah.
"Namun jika itu tidak dilakukan, termasuk jika memang ada direksi yang justru melakukan pemborosan dengan kerap plesiran ke luar negeri perlu dievaluasi atau diganti," katanya.
Kata Usman, memang, jika ke luar negeri untuk pengembangan bisnis mungkin bisa dipertimbangkan, namun jika hanya sebatas plesiran, maka ini bisa dievaluasi pejabatnya.
Kata dia, jika ke luar negeri namun hasilnya tidak ada bagi perusahaan tentu akan sangat merugikan dan menjadi beban keuangan perusahaan yang pada akhirnya mengurangi laba atau pendapatan bagi daerah.
"Yang begitu-begituan harus dievaluasi, jangan menabur garam di tengah laut, sehingga bisa terukur dan menopang pembangunan daerah," katanya.
Coba dilihat, berapa banyak BUMD yang ada di Riau saat ini, semuanya hampir kolap, gak jelas, contohnya Riau Airlines yang sudah benar-benar kolap.
Barapa anggaran yang sudah dihabiskan untuk RAL, berapa ratus miliar rupiah, namun hasilnya justru nol dan BUMD PT PER juga belum bagus kinerjanya dan untuk perbankan yang buruk saat ini adalah masalah kredit macet yang luar biasa.
"Tapi Bank Riau secara casing masih tampak baik, dalamnya kita belum tahu. Pemda layaknya masuk ke dalam managemen dan mengamatinya, jika ada potensi yang merusak, sebaiknya dievaluasi agar jangan kebobolan lagi seperti kasus RAL," katanya.
Usman mengatakan tidak ada salahnya Gubernur Riau sebagai pemegang saham pengendali melakukan pendalaman atas managemen BRK, karena BUMD ini potensial untuk mengurangi beban pemerintah saat ini, bukan sebaliknya.
"Ini penting untuk mengantisipasi jangan sampai kebobolan lagi seperti kasus RAL," katanya mengakhiri.
Berita Lainnya
Plt Sekwan bungkam soal kabar lawatan Anggota DPRD Riau ke luar negeri
13 July 2022 18:42 WIB
Pasien positif COVID-19 yang plesiran di Sungai Hijau adalah Kadis PU Natuna
08 June 2020 17:48 WIB
Pasien positif COVID-19 dua kali plesiran ke Sungai Hijau Kampar
06 June 2020 19:45 WIB
Karhutla Riau - Gubernur Riau tugas ke Thailand saat asap Karhutla kian pekat. Kok bisa?
11 September 2019 14:56 WIB
FITRA: Biaya Plesiran Anggota DPRD Riau Mencapai Rp56,8 Miliar!!!
07 April 2017 15:00 WIB
Pejabat Pekanbaru Ramai-Ramai Bantah Wako "Plesiran"
17 September 2015 17:21 WIB
Biaya Plesiran Legislator Riau Lampaui Dana Asap
10 September 2015 21:56 WIB
Anggota DPRD Riau Studi Banding Atau Plesiran
30 November 2010 9:00 WIB