Karhutla Riau - Gubernur Riau tugas ke Thailand saat asap Karhutla kian pekat. Kok bisa?
Pekanbaru (ANTARA) - Gubernur Riau, Syamsuar, memilih bertugas ke Thailand di saat kondisi kabut asap kebakaran hutan dan lahan atau Karhutladi Provinsi Riau kian pekat, dan membuat kualitas udara turun ke status tidak sehat sejak awal minggu ini.
Wakil Gubernur Riau Edy Natar Nasution mengungkapkan hal tersebut usai shalat istisqa berjamaah di lapangan kantor Gubernur Riau di Kota Pekanbaru, Rabu. Edy Nasution bersama ribuan orang yang terdiri dari warga biasa, pegawai pemerintahan, TNI dan Polri, melakukan shalat Istisqa berjamaah di tengah kabut asap untuk memohon agar segera turun hujan untuk memadamkan Karhutla.
Edy Nasution mengatakan Gubernur Riau Syamsuar dalam kondisi sehat, dan kini berada di Jakarta dan akan melanjutkan tugas ke luar negeri ke Thailand.
“Beliau ada di Jakarta, sehat Alhamdulillah. Kebetulan beliau sedang ada tugas juga, beliau mau ke Thailand juga, ada tugas di luar,” kata Edy Nasution.
Kabut asap atau jerebu Karhutla sudah hampir dua bulan terakhir menyelimuti sebagian besar wilayah Riau. Di Pekanbaru, ibu kota provinsi, asap makin pekat sejak akhir pekan lalu dan membuat pemerintah daerah terpaksa meliburkan seluruh sekolah. Sebabnya, kualitas udara turun ke status tidak sehat akibat tercemar jerebu Karhutla, dan banyak warga khususnya anak-anak telah jatuh sakit.
Gubernur Riau Syamsuar sejak awal pekan ini tidak terlihat di Pekanbaru, dan pada rapat evaluasi penanganan Karhutla bersama tim Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) pada Selasa (10/9), gubernur juga tidak hadir dan diwakilkan oleh Edy Nasution. Padahal, Syamsuar juga menjabat sebagai Komandan Satuan Tugas Karhutla Riau, dan untuk pertama kalinya jabatan ini dipegang oleh kepala daerah dari biasanya diemban oleh TNI.
Pada shalat istisqa berjamaah yang berlangsung di tengah kabut asap pada Rabu pagi, Syamsuar juga diwakilkan oleh Edy Nasution. Selain itu, ketika Kepala BNPB Letjen TNI Doni Monardo meninjau penanganan Karhutla di Riau pada Rabu ini, Syamsuar selaku Komandan Satgas Karhutla Riau juga tidak hadir.
Meski begitu, Wagub Riau Edy Natar Nasution mengatakan wewenang Komandan Satgas Karhutla tidak didelegasikan kepadanya oleh Syamsuar yang sedang berhalangan.
“Komandan Satgas tetap, beliau walau tidak ada di tempat kendali tetap bisa, gak ada masalah,” kata Wagub yang merupakan mantan Komandan Korem 031 Wirabima ini.
Sementara itu, pengamat sosial dari lembaga advokasi publik, Rawa El Amady, menyayangkan pilihan Gubernur Riau Syamsuar untuk pergi ke luar negeri saat kondisi kabut asap Karhutla makin memprihatinkan. Menurut dia, gubernur sebagai kepala daerah yang dipilih oleh rakyat, seharusnya mengedepankan persoalan kemanusiaan, untuk bersama masyarakat menuntaskan masalah Karhutla Riau.
“Artinya dia menomorduakan rasa kemanusiaan, apa yang terjadi akibat dari asap ini. Karena asap ini persoalan kemanusiaan, bukan hanya persoalan ekonomi dan pemerintahan.
Ia menilai Syamsuar tidak optimal melaksanakan tanggung jawabnya sebagai Gubernur Riau dan Komandan Satgas Karhutla Riau.
“Sebagai pejabat publik, politik, tanpa dia sebagai Komandan Satgas Karhutla pun, penanganan Karhutla sudah jadi tanggung jawab gubernur. Apalagi, dia komandan Satgas Karhutla,” katanya.
Rawa mengaku pesismistis dengan kondisi seperti sekarang ini persoalan Karhutla Riau bisa ditangani dengan cepat. Sebabnya, saat kondisi kabut asap semakin parah, kepala daerah selaku komandan satgas seakan tidak memandang hal tersebut penting dan dijadikan perhatian khusus.
“Kalau saran saya, lebih baik dia (Syamsuar) mundur dari komandansatgas, serahkan kepada tentara. Minta ke pemerintah pusat untuk mengambilalih penanganan dan ditunjuk komandannya dari tentara. Karena ini tak akan selesai-selesai, daerah seperti tidak sungguh-sungguh,” kata Rawa El Amady.
Gubernur Riau Syamsuar belum menjawab konfirmasi wartawan ANTARA ketika dihubungi perihal hal tersebut. Ia pada Selasa (10/9) berada di Jakarta untuk menerima JDIHN (Jaringan Dokumentasi dan Informasi Hukum Nasional) Award dari Menteri Hukum dan HAM Yasona Laoly atas Prestasi Riau yang memiliki data dan informasi tentang Hukum di Provinsi Riau. Kemudian ia melanjutkan kegiatan ke Thailand, untuk menghadiri pertemuan IMT-GT ke 25 tanggal 10-13 September di Krabi.
Baca juga: BNPB: Luas Karhutla Indonesia 328.724 hektare, Riau paling luas di Sumatera
Baca juga: Guru Abdurrab Islamic School Pekanbaru kolaps akibat asap Karhutla, begini penjelasannya
Baca juga: Alumni Universitas Riau siapkan "class action" akibat Karhutla
Wakil Gubernur Riau Edy Natar Nasution mengungkapkan hal tersebut usai shalat istisqa berjamaah di lapangan kantor Gubernur Riau di Kota Pekanbaru, Rabu. Edy Nasution bersama ribuan orang yang terdiri dari warga biasa, pegawai pemerintahan, TNI dan Polri, melakukan shalat Istisqa berjamaah di tengah kabut asap untuk memohon agar segera turun hujan untuk memadamkan Karhutla.
Edy Nasution mengatakan Gubernur Riau Syamsuar dalam kondisi sehat, dan kini berada di Jakarta dan akan melanjutkan tugas ke luar negeri ke Thailand.
“Beliau ada di Jakarta, sehat Alhamdulillah. Kebetulan beliau sedang ada tugas juga, beliau mau ke Thailand juga, ada tugas di luar,” kata Edy Nasution.
Kabut asap atau jerebu Karhutla sudah hampir dua bulan terakhir menyelimuti sebagian besar wilayah Riau. Di Pekanbaru, ibu kota provinsi, asap makin pekat sejak akhir pekan lalu dan membuat pemerintah daerah terpaksa meliburkan seluruh sekolah. Sebabnya, kualitas udara turun ke status tidak sehat akibat tercemar jerebu Karhutla, dan banyak warga khususnya anak-anak telah jatuh sakit.
Gubernur Riau Syamsuar sejak awal pekan ini tidak terlihat di Pekanbaru, dan pada rapat evaluasi penanganan Karhutla bersama tim Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) pada Selasa (10/9), gubernur juga tidak hadir dan diwakilkan oleh Edy Nasution. Padahal, Syamsuar juga menjabat sebagai Komandan Satuan Tugas Karhutla Riau, dan untuk pertama kalinya jabatan ini dipegang oleh kepala daerah dari biasanya diemban oleh TNI.
Pada shalat istisqa berjamaah yang berlangsung di tengah kabut asap pada Rabu pagi, Syamsuar juga diwakilkan oleh Edy Nasution. Selain itu, ketika Kepala BNPB Letjen TNI Doni Monardo meninjau penanganan Karhutla di Riau pada Rabu ini, Syamsuar selaku Komandan Satgas Karhutla Riau juga tidak hadir.
Meski begitu, Wagub Riau Edy Natar Nasution mengatakan wewenang Komandan Satgas Karhutla tidak didelegasikan kepadanya oleh Syamsuar yang sedang berhalangan.
“Komandan Satgas tetap, beliau walau tidak ada di tempat kendali tetap bisa, gak ada masalah,” kata Wagub yang merupakan mantan Komandan Korem 031 Wirabima ini.
Sementara itu, pengamat sosial dari lembaga advokasi publik, Rawa El Amady, menyayangkan pilihan Gubernur Riau Syamsuar untuk pergi ke luar negeri saat kondisi kabut asap Karhutla makin memprihatinkan. Menurut dia, gubernur sebagai kepala daerah yang dipilih oleh rakyat, seharusnya mengedepankan persoalan kemanusiaan, untuk bersama masyarakat menuntaskan masalah Karhutla Riau.
“Artinya dia menomorduakan rasa kemanusiaan, apa yang terjadi akibat dari asap ini. Karena asap ini persoalan kemanusiaan, bukan hanya persoalan ekonomi dan pemerintahan.
Ia menilai Syamsuar tidak optimal melaksanakan tanggung jawabnya sebagai Gubernur Riau dan Komandan Satgas Karhutla Riau.
“Sebagai pejabat publik, politik, tanpa dia sebagai Komandan Satgas Karhutla pun, penanganan Karhutla sudah jadi tanggung jawab gubernur. Apalagi, dia komandan Satgas Karhutla,” katanya.
Rawa mengaku pesismistis dengan kondisi seperti sekarang ini persoalan Karhutla Riau bisa ditangani dengan cepat. Sebabnya, saat kondisi kabut asap semakin parah, kepala daerah selaku komandan satgas seakan tidak memandang hal tersebut penting dan dijadikan perhatian khusus.
“Kalau saran saya, lebih baik dia (Syamsuar) mundur dari komandansatgas, serahkan kepada tentara. Minta ke pemerintah pusat untuk mengambilalih penanganan dan ditunjuk komandannya dari tentara. Karena ini tak akan selesai-selesai, daerah seperti tidak sungguh-sungguh,” kata Rawa El Amady.
Gubernur Riau Syamsuar belum menjawab konfirmasi wartawan ANTARA ketika dihubungi perihal hal tersebut. Ia pada Selasa (10/9) berada di Jakarta untuk menerima JDIHN (Jaringan Dokumentasi dan Informasi Hukum Nasional) Award dari Menteri Hukum dan HAM Yasona Laoly atas Prestasi Riau yang memiliki data dan informasi tentang Hukum di Provinsi Riau. Kemudian ia melanjutkan kegiatan ke Thailand, untuk menghadiri pertemuan IMT-GT ke 25 tanggal 10-13 September di Krabi.
Baca juga: BNPB: Luas Karhutla Indonesia 328.724 hektare, Riau paling luas di Sumatera
Baca juga: Guru Abdurrab Islamic School Pekanbaru kolaps akibat asap Karhutla, begini penjelasannya
Baca juga: Alumni Universitas Riau siapkan "class action" akibat Karhutla