Debit Air Berkurang, PLTA Koto Panjang Kehilangan Daya 40 MW

id debit air, berkurang plta, koto panjang, kehilangan daya, 40 mw

Debit Air Berkurang, PLTA Koto Panjang Kehilangan Daya 40 MW

Pekanbaru (Antarariau.com) - PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) setempat menyatakan, Pembangkit Listrik Tenaga Air Koto Panjang kehilangan daya 40 Mega Watt (MW) dari kapasitas total 114 MW.

Manajer Sumber Daya Manusia dan Umum PLN Wilayah Riau dan Kepulauan Riau, Dwi Suryo Abdullah di Pekanbaru, Rabu, mengatakan, pihaknya baru dapat memastikan ketiga mesin turbin beroperasi secara maksimal.

Terhitung sejak tanggal 11 November lalu hingga saat ini, lanjutnya, baru dua unit mesin generator berfungsi dengan menghasilkan daya listrik total rata-rata 74 MW.

Kondisi ini, tidak terlepas masih berkurangnya debit air di waduk tersebut, meski Sungai Kampar memiliki hulu berada di kawasan Bukit Barisan atau tepatnya di Provinsi Sumatera Barat yang saat ini sedang masuki musim hujan.

"Berapa kapasitas yang akan dibangkitkan atau berapa MW, itu tergantung pada elevasi normal seperti banyaknya air yang masuk ke waduk," terangnya.

Telah hampir sebulan, tiga unit mesin PLTA Koto Panjang tidak beroperasi karena debit air turun dratis akibat terjadinya musim kemarau terutama di hulu sungai, serta rusaknya wilayah tangkapan air.

Lokasi pembangkit di Desa Merangin, Kecamatan XIII Koto Kampar, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau memiliki syarat minimal harus memiliki ketinggian air 73,5 meter di atas permukaan laut (mdpl).

Kondisi normal PLTA tersebut mampu menghasilkan energi listrik 114 MW atau masing-masing mesin turbin generator menyumbang 38 MW.

"Saat ini, inflow (air masuk ke waduk), rata-rata sebesar 110 meter kubik/m3 per detik. Sehingga daya bangkit listrik baru bisa capai 34 MW," katanya.

"Ini tentu, tidak ada air yang digunakan untuk menambah elevasi air di waduk itu," terang Dwi Suryo.

Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Riau menyebut, hingga kini PLTA Koto Panjang rentan tidak beroperasi terutama di musim kemarau, selain rusaknya wilayah tangkapan air.

"Tidak berfungsinya PLTA sebagai mana mestinya, karena rusaknya water catchman area waduk Koto Panjang," ucap Direktur Eksekutif WALHI Riau, Riko Kurniawan.

Menurut dia, persoalan wilayah "catchman area" karena telah beralih fungsi dari kawasan hutan menjadi perkebunan kelapa sawit dan tanaman karet.

Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Riau, Fadrizal Labay mengaku lepas tangan karena PLTA Koto Panjang dialiri dari Sungai Kampar dengan hulunya di Provinsi Sumatera Barat.

"Sungai Kampar itu berada di lintas provinsi. Jadi kewenangannya, berada di pemerintah pusat. Semestinya dianggarkan melalui APBN," katanya.