PLTU Pekanbaru Butuh 700 Ribu Ton Batu Bara
Pekanbaru, (ANTARA) - PT PLN (Persero) menyatakan bahwa pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) berdaya 2x100 megawatt (Mw) yang akan dibangun di Kawasan Industri Tenayan Raya di Pekanbaru, Riau, membutuhkan sekitar 700 ribu ton batu bara sebagai bahan bakar dalam setahun. "Untuk satu pembangkit membutuhkan sekitar 350 ribu ton dalam setahun, berarti untuk dua pembangkit berarti dua kali lipatnya," kata Direktur Perencanaan dan Teknologi PT PLN, Nasri Sebayang, ketika dihubungi ANTARA dari Pekanbaru, Jumat. Nasri mengatakan hal itu terkait kepastian PLN untuk menetapkan Kawasan Industri Tenayan di Pekanbaru sebagai lokasi pembangunan PLTU 2x100 Mw. Sebelumnya terdapat polemik dalam penentuan lokasi karena ada tiga opsi tempat pembangunan yakni di Pekanbaru, Dumai, dan Indragiri Hulu. "Tenayan akhirnya dipilih berdasarkan kajian ekonomis, teknis dan instalasi sistem. Selain itu, kajian dampak lingkungan juga sudah ada," katanya. Mengenai penggunaan bahan bakar, lanjutnya, PLN akan tetap menggunakan batu bara berkalori rendah yakni sekitar 4.000 kilokalori. Ia memastikan pasokan bahan bakar tidak akan terkendala karena Riau memiliki cadangan yang cukup banyak. "Mengenai angkutan batu bara akan menggunakan kapal ponton melalui Sungai Siak karena lokasi pembangkit berada di tepian sungai," ujarnya. Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Riau, Arsyajuliandi Rahman mendesak agar PLN serius dalam pembangunan pembangkit 2x100 Mw terutama dalam ketersediaan bahan baku. Pasalnya, lokasi pembangkit di Tenayan Raya cukup jauh dari lokasi tambang batu bara yang berada di Kabupaten Indragiri Hulu. Menurut dia, PLN perlu belajar dari penentuan lokasi pembangkit di Pacitan, Cilacap dan Pelabuhan Ratu yang sampai kini terkendala ketersediaan bahan baku batu bara secara kontinu karena lokasinya jauh dari sumber energi. "Kami tidak ingin berpolemik masalah lokasi karena itu hak PLN untuk menentukan tempat pembangunan pembangkit. Yang terpenting adalah ketersediaan bahan yang berkelanjutan untuk pembangkit listrik," ujarnya. Selain itu, ia juga mengatakan PLN perlu bisa meyakinkan para investor untuk membantu pendanaan pembangunan pembangkit tersebut misalnya dari asosiasi bank pembangunan daerah yang bisa membuat konsorsium untuk menyuntikan modal. Sementara itu, Kepala Divisi Distribusi Indonesia Barat pada Direktorat Operasi PT PLN, Karel Sampe Payung, mengatakan proses tender PLTU 2x100 Mw dijadwalkan paling lambat pada akhir bulan Februari. Menurut dia, pengerjaan pembangkit tersebut bisa memakan waktu sekitar 30 bulan.