Mengkaji Sejarah Bahasa Indonesia Di Bumi Melayu

id mengkaji sejarah, bahasa indonesia, di bumi melayu

Mengkaji Sejarah Bahasa Indonesia Di Bumi Melayu

Pekanbaru (Antarariau.com) - Tim Ombudsman Kantor Berita Indonesia Antara melakukan studi banding ke Fakultas Ilmu Budaya Universitas Lancang Kuning, Provinsi Riau dalam rangka mengkaji akar Bahasa Indonesia di Bumi Melayu.

"Tim Ombudsman melakukan studi banding bahasa melayu, karena tugas kami dalam keseharian berkaitan dengan Bahasa Indonesia di dunia jurnalistik," kata Koordinator Ombudsman Antara Eliswan Azly dalam dialog bersama pihak Universitas Lancang Kuning di Kota Pekanbaru, Selasa.

Tim ombudsman mengapresiasi Universitas Lancang Kuning sebagai universitas swasta yang memiliki pendidikan sastra melayu, begitupun pemerintah Provinsi Riau sangat peduli dengan memberikan beasiswa kepada hampir 90 persen mahasiswa jurusan sastra melayu, sebagai wujud melestarikan kearifan lokal.

"Melihat bahasa daerah yang mulai tergerus. Berbicara jurnalistik kearah teknologi kedepan. Sedangkan bahasa lokal berbicara masa lalu, ini yang kita bahas," kata Ombudsman Antara Arief Pujianto.

Kunjungan tujuh ombudsman Antara, dan sekretaris redaksi ke Bumi Lancang Kuning itu, disambut pantun Melayu oleh Dekan Fakultas Ilmu Budaya Unilak, Hermansyah sebagai pembuka pengenalan. "Kalau tidak karena kunci tak kan "tebuke" pintu lemari kalau tidak karena janji tak akan berjumpa kita disini," ujar Hermansyah mencairkan suasana.

Dalam kunjungan, terjadi dialog panjang terkait sejarah Melayu, karakteristik kebudayaan melayu Riau, serapan bahasa melayu ke dalam bahasa Indonesia, bahasa daerah yang mulai tergerus dalam dunia jurnalistik serta antisipasi bagaimana bahasa dan kebudayaan melayu tidak tergeser oleh modernisasi budaya asing.

Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Budaya Unilak, Fikru Mafar menjelaskan asal muasal bahasa Indonesia dari bahasa Melayu di Pulau Penyengat, Kota Tanjung Pinang yang dulunya merupakan Ibu Kota Provinsi Riau, namun sekarang telah menjadi Ibu Kota Provinsi Kepulauan Riau. Ia menyayangkan di era modernisasi bahasa daerah sudah tergeser dengan bahasa asing yang dipopulerkan teknologi.

"Sering kali kita mengidolakan bahasa asing sedangkan bahasa daerah mulai tergeser, kepada Antara semoga dapat menjembatani persoalan-persoalan ini," sebutnya.

Kekhawatiran akan punahnya akar dari bahasa Indonesia ini membuat pihak Unilak menggiatkan sejumlah kegiatan agar universitas tersebut di masa depan menjadi pusat kajian melayu. Strategi diantaranya, perpustakaan fakultas yang mengumpulkan kamus mini masing-masing daerah yang merupakan kumpulan tugas mahasiswa, copian naskah arab melayu dalam bentuk digital, permainan rakyat tradisional dan lainnya.

Diakhir kunjungan, Dekan Fakultas Ilmu Budaya menyampaikan syair Gurindam Dua Belas yang merupakan puisi lama melayu karya Raja Ali Haji, indahnya lantunan syair membuat kagum tim Ombudsman yang berkunjung.

Hadir dalam kunjungan, Kepala Biro Antara Riau, Maswandi beserta staf, Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Budaya Fikru Mafar, Ketua Jurusan Sastra Melayu Juswandi, Wakil Dekan II Eviza Riza, serta Dosen Sastra Melayu Jufrizal, Iik Idayanti dan Juliani.

Oleh: Diana Syafni