Pekanbaru, (Antarariau.com) - Rumah Tenun Khas Riau Hasnah Munodo yang berada di tepi Sungai Siak Pekanbaru kesulitan mencari penerus dari generasi muda, karena banyak yang lebih suka mengarah pada tren zaman sekarang ini.
"Saat ini rentan punah akibat rendahnya minat untuk mempelajari kerajinan khas daerah seperti tenun songket Siak dan batik Riau," kata Pemilik Rumah Tenun Monudo Encik Hasnah di Pekanbaru, Senin.
Menurutnya seperti yang dilihat saat ini, tidak ada anak muda yang mengerjakan pekerjaan ini. Pada umumnya mereka lebih memilih mencari lapangan kerja lain yang lebih mudah dan tidak menyita banyak waktu. Tapi tetap menghasilkan uang untuk memenuhi kebutuhannya.
Generasi muda yang ada di sekitar rumahnya lebih memilih untuk bekerja di luar dan tidak menekuni usaha tenun yang menjadi rutinitas orang dulunya. Ia mengatakan, zaman dahulu atau tahun dimana dirinya mulai menggeluti usaha tenun tersebut, anak muda tidak banyak yang keluar karena kondisi pendidikan yang cukup sulit sehingga bisa dilakukan.
"Sekarang, pendidikan mudah didapatkan dan akses untuk pekerjaan yang tidak menyita waktu lama dan butuh ketelitian dan kesabaran ekstra ini banyak di luar. Generasi muda lebih memilih bekerja di PT daripada harus mempelajari tenun dan songket ini,” katanya.
Namun untuk mengantisipasi punahnya usaha tenunan dan songket tersebut, ia bersama penenun lainnya di Pekanbaru memilih lebih menularkan kepandaiannya kepada anak-anak dan saudara-saudaranya. Hal ini diyakini dapat membuat adanya regenerasi dan kegiatan menenun ini menjadi tidak punah dan hilang begitu saja.
"Kadang saya juga meminta bantuan kepada anak, adik atau saudara lainnya dalam membuat salah satu jenis tenunan. Lama kelamaan ini tentunya dapat membuat mereka menjadi mengerti dan tahu bagaimana menggunakan alat dan membuat tenunan hingga menjadi sebuah songket. Kalau untuk diajarkan ke orang lain sepertinya akan susah,” kata Encik Hasnah yang lahir di Koto Gasib, Siak 15 Agustus 1938.
Kerajinan khas daerah ini merupakan hasil dari alat tenun yang digunakan membuat songket. Sedangkan untuk menghasilkan bahan dasar kain polos digunakan Alat Tenun Bukan Mesin. Satu persatu alat tersebut dimainkan dengan benang-benang halus. (Novri Yanti)