Kuantan Singingi, (Antarariau.com) - Sejumlah pasar tradisional di Kabupaten Kuantan Singingi, Provinsi Riau mulai terlihat sepi akibat dari krisisi ekonomi di daerah tersebut.
Masyarakat malas pergi ke pasar untuk membeli sejumlah bahan makanan pokok kebutuhan keluarga karena tidak memiliki uang, hal ini dampak dari turunnya harga hasil pertanian warga baik karet maupun sawit.
" Kami lebih banyak membeli kebutuhan di sejumlah warung saja yang tidak jauh dari rumah," kata salah satu warga Kuantan Singingi Yuni (41) di Teluk Kuantan, Senin.
Ia mengatakan, sejak harga buah sawit merosot, tidak berimbang dengan biaya operasional penen, sejumlah masyarakat mengeluh hingga tidak mau turun ke kebun akibatnya berdampak kepada penghasilan rumah tangga yang membuat petani lebih memilih belanja di toko kecil.
Banyak warung warga yang menjual kebutuhan sehari - hari dengan harga miring, sehingga petani tidak perlu lagi ke pasar, agar biaya tidak terlalu besar dikeluarkan setiap hari.
" Hingga dua bulan ini lebih memilih belaja seadanya karena itu pasar terlihat sepi," sebutnya.
Pasar rakyat, pasar tradisional dan dadakan semua terlihat sepi leh pembeli maupun pedagang kecuali sejumlah toko yang sudah berdiri di areal itu tetap buka setiap hari.
Krisis global berdampak buruk terhadap kondisi perekenomian masyarakat, sejumlah petani mengeluh dan jika dihubungan dengan kondisi kabut asap yang belum juga mereda akan berimbas kepada penghasilan masyarakat juga.
Ratusan petani sawit dan karet lebih memilih diam dirumah khawatir asap genggu kesehatan, dua faktor ini terlihat sangat mengganggu ekonomi warga Kuansing.
Setiap pasar tradisional di kecamatan sepi dari pengunjung, bahkan pedagang yang biasanya menjajakan dagangannya pun perlahan mulai berkurang, kondisi ini dirasakan oleh salah seorang pengunjung pasar tradisional di pasar Tradisonal Teluk Kuantan.
" Saya dalam sepekan hanya kepasar satu kali, uang tidak ada, kebutuhan rumah tangga seadanya saja," ujarnya.
Salah satu pedagang Sayur di pasar tradisioanl Santi (45) menyebutkan, sejak dua bulan terakhir, kondisi pembeli di pasar sangat turun, bahkan setiap hari terlihat sepi, modal usaha tidak bisa tertutupi.
" Sebagai pedagang saya sendiri merasa rugi," ucapnya.
Disebutkannya, jika pemerintah tidak mengambil inisiatif untuk mencari solusinya maka pendapat pedang juga menurun, dampaknya anak - anak terganggu biaya sekolah.