Pekanbaru, (Antarariau.com) - Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia (ISKI), mengungkapkan Provinsi Riau berpotensi menjadi lokomotif komunikasi bagi Masyarakat Ekonomi Asean atau MEA, karena letaknya yang strategis di antara negara Malaysia dan Singapura.
"Jarak antara Daerah Riau dengan Malaysia hanya 60 Kilo Meter (Km)," kata Ketua Umum ISKI, Yuliandre Darwis, di Pekanbaru, usai melantik pengurus baru ISKI daerah Riau untuk periode 2015-2019, Rabu.
Oleh sebab itu, jelasnya, Riau harus siap dan mampu untuk unggul untuk menghasilkan dan menyediakan Sumber Daya Manusia (SDM) komunikasi yang handal dan profesional.
"Secara kualitas sarjana-sarjana kita sudah mampu berkompetisi, tetapi permasalahannya adalah banyak diantara sarjana yang tidak mau meningkatkan kemampuan dan keterampilan mereka sesuai bidang dan ilmu masing-masing," paparnya.
Dia mengungkapkan bahwa sejak tahun lalu, Thailand sudah belajar bahasa Indonesia, karena dari 600 juta MEA,
250 jutanya akan berada di Indonesia.
Lebih dari satu dekade lalu, para pemimpin Asean sepakat membentuk sebuah pasar tunggal di kawasan Asia Tenggara pada akhir 2015 mendatang.
Ini dilakukan agar daya saing Asean meningkat serta bisa menyaingi Cina dan India untuk menarik investasi asing. Penanaman modal asing di wilayah ini sangat dibutuhkan untuk meningkatkan lapangan pekerjaan dan meningkatkan kesejahteraan.
Pembentukan pasar tunggal yang diistilahkan dengan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) ini nantinya memungkinkan satu negara menjual barang dan jasa dengan mudah ke negara-negara lain di seluruh Asia Tenggara sehingga kompetisi akan semakin ketat.
Masyarakat Ekonomi Asean tidak hanya membuka arus perdagangan barang atau jasa, tetapi juga pasar tenaga kerja profesional, seperti dokter, pengacara, akuntan, dan lainnya.
Staf Khusus Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Dita Indah Sari, menjelaskan bahwa MEA mensyaratkan adanya penghapusan aturan-aturan yang sebelumnya menghalangi perekrutan tenaga kerja asing.
Riset terbaru dari Organisasi Perburuhan Dunia atau ILO menyebutkan pembukaan pasar tenaga kerja mendatangkan manfaat yang besar, selain dapat menciptakan jutaan lapangan kerja baru, skema ini juga dapat meningkatkan kesejahteraan 600 juta orang yang hidup di Asia Tenggara.
Pada 2015 mendatang, ILO merinci bahwa permintaan tenaga kerja profesional akan naik 41% atau sekitar 14 juta.Sementara permintaan akan tenaga kerja kelas menengah akan naik 22% atau 38 juta, sementara tenaga kerja level rendah meningkat 24% atau 12 juta.
Namun laporan ini memprediksi bahwa banyak perusahaan yang akan menemukan pegawainya kurang terampil atau bahkan salah penempatan kerja karena kurangnya pelatihan dan pendidikan profesi.