Doha (ANTARA) - Perundingan tidak langsung antara Hamas dan Israel masih terus berlangsung di Doha tanpa batas waktu yang ditentukan, di tengah tekanan internasional untuk mengakhiri konflik berdarah yang telah meluluhlantakkan Gaza selama hampir dua tahun.
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Qatar, Majed bin Mohammed Al Ansari, dalam konferensi pers mingguan pada Selasa (15/7), menyatakan bahwa negosiasi tetap berjalan aktif meskipun belum ada target waktu penyelesaian.
“Selama delegasi masih berada di Doha, komunikasi terus dilakukan setiap hari. Tidak ada stagnasi dalam proses ini,” ujar Al Ansari, menepis anggapan bahwa negosiasi telah menemui jalan buntu.
Baca juga: Tragedi di Gaza: Lebih dari 700 Warga Palestina Tewas Ditembak Israel Saat Cari Air
Dia menekankan bahwa mediator dari Qatar, Mesir, dan Amerika Serikat terus bekerja keras menjembatani perbedaan pandangan terkait isu-isu paling krusial, dengan harapan membangun kesepakatan prinsip untuk membuka jalan menuju tahap berikutnya dari perundingan.
Namun, Al Ansari juga melontarkan kritik keras terhadap kebijakan Israel yang ia sebut “tidak bertanggung jawab” dan dinilai memperburuk ketegangan kawasan, terutama pasca-konflik terbuka antara Israel dan Iran.
“Kami mendesak komunitas internasional untuk mengambil sikap yang sangat tegas terhadap provokasi-provokasi Israel yang terus membahayakan stabilitas regional,” tegasnya.
Baca juga: Kesepakatan bantuan kemanusiaan Turki, Qatar resmi berlaku
Putaran terbaru negosiasi ini dimulai pada 6 Juli lalu, di tengah harapan rapuh akan tercapainya gencatan senjata yang dapat mengakhiri penderitaan warga sipil di Gaza.
Menurut data otoritas kesehatan Gaza, sejak dimulainya operasi militer Israel pada Oktober 2023, sedikitnya 58.479 warga Palestina tewas dan lebih dari 139.355 lainnya terluka.
Dengan tidak adanya tenggat yang jelas dan tekanan global yang terus meningkat, Doha kini menjadi episentrum dari upaya diplomatik dunia untuk menghentikan tragedi kemanusiaan yang belum menunjukkan tanda-tanda mereda.