Pekanbaru (ANTARA) - Gencatan senjata di Jalur Gaza cukup rapuh, karena itu semua pihak diminta untuk tidak berpuas diri, kata Perwakilan Tetap Rusia untuk PBB Vassily Nebenzia dalam wawancara dengan RIA Novosti.
"Semua orang (di PBB) fokus (pada Gaza) karena tragedi mengerikan telah terjadi di sana selama dua tahun ini. Syukurlah gencatan senjata telah tercapai. Namun, situasinya masih cukup rapuh, sehingga kita tidak boleh berpuas diri. Gencatan senjata ini harus dipertahankan," ujarnya.
Baca juga: Mesir--Qatar Satukan Langkah Mantapkan Gencatan Senjata di Gaza
Nebenzia menekankan bahwa langkah penting tersebut tidak boleh membuat dunia melupakan “hal-hal baik”, yakni solusi dua negara untuk masalah Palestina, yang telah menjadi mandat PBB yang belum terpenuhi selama 80 tahun.
Perjanjian gencatan senjata antara Israel dan gerakan Palestina Hamas di Jalur Gaza mulai berlaku pada 10 Oktober.
Sebagai bagian dari perjanjian dengan Israel ini, Hamas membebaskan 20 sandera yang telah ditahan di Gaza sejak 7 Oktober 2023. Dengan demikian, seluruh sandera yang masih hidup telah dibebaskan.
Sebagai balasan, Israel membebaskan sekitar 2.000 tahanan Palestina dari penjara, termasuk narapidana yang dijatuhi hukuman penjara seumur hidup dalam kasus tuduhan terorisme.
Baca juga: PBB Soroti Hambatan Serius Penyaluran Bantuan ke Gaza
Menurut posisi Rusia, penyelesaian konflik hanya dapat dicapai berdasarkan formula yang disetujui Dewan Keamanan PBB, yaitu pembentukan negara Palestina dengan batas-batas wilayah seperti pada tahun 1967 dan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya.
Sumber: Sputnik/RIA Novosti
