Tembilahan, (Antarariau.com) – Dinas Tanaman Pangan, Holtikultura dan Peternakan (DTPHP), Kabupaten Indragiri Hilir, Provinsi Riau, tahun ini mencanangkan akan menggunakan system budidaya surjan di kawasan pertanian di wilayah setempat.
"Hal ini dilakukan Guna meningkatkan hasil pertanian masyarakat," kata Kepala Bidang Pengolahan lahan dan air DTPHP Kabupaten Indragiri Hilir, Syamsuddin, di Tembilahan, Selasa.
Dia mengatakan bahwa dalam waktu dekat ini pihaknya akan melakukan kerjasama dengan balai penelitian rawa Kalimantan Selatan.
"Dinas DTPHP Indragiri Hilir sedang melakukan proses kerjasama antara balai penelitian rawa dari Kalimantan Selatan," jelasnya.
Dia mengungkapkan untuk percontohan kawasan yang akan digunakan adalah kawasan lahan pertanian yang ada di Kecamatan Batang Tuaka tepatnya di Desa Sungai Luar.
"Sistem pertanian yang akan dilakukan oleh balai penelitian rawa Kalimantan Selatan adalah untuk optimasi lahan Surjan," ungkapnya.
Kemudian disamping itu, dia mengatakan jika percontohan di Desa Sungai Luar ini berhasil maka kedepannya akan dilakukan dan diterapkan diseluruh wilayah Kabupaten Indragiri Hilir.
Selain itu dia menerangkan nantinya anggota balai penelitian rawa Kalimantan Selatan akan langsung mendampingi para petani yang ada di Desa Sungai Luar guna memberikan pelatihan secara langsung untuk menegembangkan sistem pertanian optimasi lahan surjan.
"Sistem pertanian yang dimaksud, disamping menanam padi para petani bisa juga menanam tanaman holtikultural lainnya seperti sayur-sayuran," terangnya.
Dia berharap kerjasama yang dilakukan dengan balai penelitian rawa Kalimantan Selatan dapat berhasil dan memberikan dampak positif pada pertumbuhan ekonomi petani Indragiri Hilir.
Sistem budi daya surjan adalah salah satu sistem pertanaman campuran yang dicirikan oleh perbedaan tinggi permukaan bidang tanam pada suatu luasan lahan. Perbedaan ketinggian ini minimal 50 cm. Dalam bahasa Inggris, sistem ini disamakan dengan alternating bed system.
Bidang tanam ini dibuat memanjang sehingga dari atas akan tampak seperti garis-garis (strip) berselang-seling, karena masing-masing bidang tanam yang berbeda tingginya ditanami oleh komoditi tanam yang berbeda. Dari bentuk garis-garis inilah nama "surjan" dipakai, karena mirip dengan pola strip pada pakaian tradisional berbahan lurik dari Yogya, surjan.
Dalam sistem surjan, bidang yang rendah disebut "lembah" dan yang tinggi disebut "bukit". Lembah biasanya ditanami padi pada musim hujan. Pada musim kemarau, lembah ditanami palawija untuk memanfaatkan sisa kelembaban air yang tersisa. Bagian bukit dapat ditanami bermacam-macam komoditi, biasanya palawija atau rumput pakan ternak. Di beberapa tempat di Jawa yang memiliki lahan sawah, bagian bukit ditanami pohon buah-buahan, seperti mangga atau jeruk.
Pada tempat-tempat yang sering mengalami surplus air pada musim penghujan, bagian lembah digunakan sebagai pengontrol kelebihan air, menjadi penampung kelebihan air. Tanaman yang tumbuh di bagian bukit akan selamat dari genangan air yang tinggi.