Pekanbaru, (Antarariau.com) - Seorang pengusaha India, Dorab, Mistry Godrej International Ltd, menyarankan PT Pertamina agar secepatnya menerapkan BBM menggunakan campuran biodisel, mulai dari bahan bakar B5, B10 dan B20 untuk mengatasi minyak sawit melimpah.
"Ketika minyak sawit dalam negeri berlimpah bersamaan dengan permintaan minyak sawit di luar negeri turun Indonesia tidak perlu bingung, karena bahan bakar minyak bisa dicampur dengan biodisel," kata Dorab, dalam keterangan seperti disampaikan Sekretaris Tim Penetapan Harga TBS Provinsi Riau, Rusdi di Pekanbaru, Rabu.
Rusdi menyampaikan saran Dorab saat mengikuti Indonesia Palm Oil Conference and 2015 Price outlook (IPOC) ke-10, di bandung, pada 28-28 November 2014.
Menurut Dorab, masih dikutip Rusdi, BBM bercampur biodisel yakni pada bahan bakar B5 dimana kandungan minyak berasal dari fosil berkisar 95 persen dan dicampur dengan biodisel sebesar 5 persen.
Berikutnya, katanya lagi, bahan bakar jenis B10 (10 persen biodisel) dan sebesar 90 persen berasal dari fosil. Begitu pula untuk bahan bakar jenis B20 biodisel sebesar 20 persen dan bahan bakar berasal dari fosil sebesar 80 persen.
"Kebijakan ini diperlukan guna mengatasi melimpahnya produksi minyak sawit Indonesia apalagi Indonesia memiliki lahan perkebunan kelapa sawit yang cukup luas," kata Dorab.
Sementara itu dalam upaya yang sama menangani produksi CPO Riau, maka menurut James Fry dari UMC International Ltd, seperti juga dikutip Rusdi, BBM menggunakan campuran biodisel sangat potensial diolah apalagi 40 persen kendaraan Indonesia justru menggunakan BBM.
"Oleh karena itu, sebaiknya memang Indonesia segera memikirkan pasar CPO khususnya dalam bentuk hilirisasi produk sehingga penumpukan stok CPO Riau dan daerah lainnya di Indonesia bisa disiati untuk memnuhi kebutuhan bahan bakar," katanya.