New York City (ANTARA) - Kepala urusan kemanusiaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Rabu (27/8) menyerukan penghentian permusuhan secara segera dan berkelanjutan di Gaza untuk mencegah bertambahnya korban jiwa serta meluasnya bencana kelaparan.
"Lebih dari setengah juta orang saat ini menghadapi kelaparan, kemiskinan ekstrem, dan kematian. Jumlah itu berpotensi melampaui 640.000 jiwa pada akhir September," kata Wakil Sekretaris Jenderal Urusan Kemanusiaan sekaligus Koordinator Bantuan Darurat PBB Tom Fletcher dalam penjelasan kepada Dewan Keamanan yang disampaikan oleh wakilnya, Joyce Msuya.
Baca juga: Kecuali AS, DK PBB kompak kecam bencana kelaparan buatan di Gaza
Komite Peninjau Kelaparan Klasifikasi Fase Ketahanan Pangan Terpadu (Integrated Food Security Phase Classification/IPC) pada Jumat (22/8) pekan lalu mengonfirmasi bahwa kelaparan sedang berlangsung di Gaza dan diperkirakan akan meluas hingga ke kota Deir al-Balah dan Khan Younis pada akhir September, kata Fletcher.
Fletcher menyebutkan sekitar 1 juta orang berada pada IPC Fase 4, sedangkan lebih dari 390.000 lainnya berada di Fase 3. Hampir tidak ada seorang pun di Gaza yang terbebas dari kelaparan.
IPC Fase 3 menunjukkan krisis pangan dan mata pencaharian akut, sementara Fase 4 berarti darurat kemanusiaan, satu tingkat di bawah Fase 5 yang dikategorikan sebagai kelaparan.
Sedikitnya 132.000 anak di bawah usia lima tahun diperkirakan akan mengalami malanutrisi akut sejak kini hingga pertengahan 2026.
Dari angka tersebut, jumlah anak yang berisiko meninggal telah melonjak tiga kali lipat menjadi lebih dari 43.000 jiwa.
Sementara itu, jumlah ibu hamil dan menyusui yang berisiko diperkirakan meningkat dari 17.000 menjadi 55.000 orang, ungkap Fletcher.
"Perlu ditegaskan bahwa kelaparan ini bukan akibat kekeringan atau bencana alam. Ini bencana ciptaan manusia, hasil dari konflik yang menyebabkan kematian massal, luka-luka, kehancuran, dan pengungsian besar-besaran warga sipil," tegasnya.
Menurut Fletcher, kelaparan di Gaza juga dipicu oleh hancurnya sistem produksi pangan, di mana 98 persen lahan pertanian rusak atau tidak dapat diakses, serta ternak yang musnah.
Selain itu, pembatasan dan gangguan pengiriman pasokan kemanusiaan dan komersial yang esensial selama 22 bulan, runtuhnya sistem kesehatan dan gizi, minimnya tempat tinggal, serta kerusakan jaringan air, sanitasi, dan kebersihan turut menyebabkan kelaparan.
Menurut estimasi otoritas kesehatan Gaza, rata-rata lebih dari 100 warga Palestina terbunuh setiap hari bulan lalu, hampir dua kali lipat jumlah yang tercatat pada Mei.
Pada periode yang sama, sekitar 800.000 orang baru mengungsi dan terdorong ke wilayah yang padat tanpa tempat tinggal maupun kebutuhan dasar yang memadai, tambah Fletcher.
Dalam beberapa pekan terakhir, jumlah bantuan yang masuk ke Gaza mengalami peningkatan, termasuk truk logistik dan tangki bahan bakar.
Lalu lintas perdagangan terbatas juga kembali berlangsung, sementara pasokan pakan ternak yang sempat terhenti lama kini mulai disalurkan kembali dalam beberapa hari terakhir, lanjutnya.
Baca juga: Malaysia kecam keras serangan udara Israel terhadap RS Nasser di Gaza
"Ini perkembangan yang penting. Namun, perkembangan ini tidak akan membalikkan keadaan kelaparan maupun menghentikannya. Untuk memenuhi kebutuhan 2,1 juta orang yang kelaparan dan kekurangan, kita membutuhkan jauh lebih banyak lagi," katanya.
Ke depan perlu didatangkan dan dikirimkan bantuan yang menyelamatkan jiwa dalam jumlah yang lebih besar. "Kita perlu mencabut pembatasan barang-barang esensial. Dan kita perlu menghentikan penundaan dan penolakan yang menghambat pekerjaan kita setiap hari," ujar Fletcher.
Dia memperingatkan bahwa kegagalan bertindak saat ini akan mengakibatkan konsekuensi yang tidak dapat dipulihkan.
Fletcher menyerukan agar Dewan Keamanan serta seluruh negara anggota PBB untuk bertindak segera demi memastikan penghentian permusuhan yang berkelanjutan di Gaza, pembebasan seluruh sandera tanpa syarat secepatnya, serta perlindungan warga sipil dan infrastruktur vital.
Selain itu, mereka harus memastikan akses kemanusiaan yang aman, cepat, dan tanpa hambatan, serta pemulihan arus komersial barang-barang penting dalam skala besar, sistem pasar, layanan penting, dan produksi pangan lokal, kata Fletcher.
"Untuk mengakhiri krisis buatan manusia ini, kita harus bertindak seolah-olah yang sedang berjuang bertahan hidup di Gaza adalah ibu kita, ayah kita, anak kita, keluarga kita. Kita semua harus berbuat lebih banyak, dan segera," kata Fletcher menegaskan.