Petani Lokal Naik Kelas: Hortikultura Buka Jalan Kemandirian Ekonomi

id Lahan khas desa

Petani Lokal Naik Kelas: Hortikultura Buka Jalan Kemandirian Ekonomi

Seorang petani di lahan khas desa, Riau, sedang memanen cabai hasil hortikultura, diantara lahan sawit, Jumat. (Afut Syafril)

Pekanbaru (ANTARA) - Di tengah hamparan kebun sawit yang mendominasi lanskap Desa Beringin Lestari, Kabupaten Kampar, Riau, sekelompok petani menunjukkan bahwa peluang bertani tak hanya ada di sektor sawit. Kelompok Tani Makmur Lestari, yang beranggotakan 12 petani lokal dan dipimpin oleh Slamet, membuktikan bahwa tanaman hortikultura seperti jagung, terong, dan cabai bisa tumbuh subur. Bahkan menjanjikan keuntungan besar bila dikelola dengan sistem yang tepat.

Sejak 2021, mereka memanfaatkan Tanah Khas Desa (TKD) yaitu lahan milik pemerintah daerah yang bisa dimanfaatkan warga sebagai lahan produktif hortikultura, didampingi oleh PT. Ramajaya Pramukti (RJP), anak perusahaan Sinar Mas Agribusiness and Food. Pendampingan ini tak sekadar memberikan bibit atau pupuk, tapi juga pelatihan teknis, sistem pemasaran, hingga akses air dan pengembangan merek dagang.

Slametdi Riau, Jumat mengungkapkan aneka tantangan sebelum ada program pendampingan. Salah satu kendala terbesarnya adalah pemasaran hasil panen.

Seorang petani di lahan khas desa, Riau, sedang memanen cabai hasil hortikultura, Jumat. (Afut Syafril)
"Dulu kami bingung setelah panen, siapa yang mau beli? Sekarang tidak lagi, karena kami dikenalkan ke sistem pasar yang dapat langsung ke pengepul. Rantai distribusi menjadi lebih pendek, dan kami untung lebih besar," ujarnya.

Keberhasilan budidaya hortikultura mendorong Slamet memperluas usahanya. Pada 2023, ia menerima tawaran kemitraan untuk mengelola satu hektare lahan khusus budidaya terong. Ini jadi bukti nyata bahwa profesi petani tidak lagi identik dengan kesulitan ekonomi.

Iman, salah satu anggota Kelompok Tani Makmur Lestari, juga merasakan dampak positif. Pendampingan ini membangkitkan optimisme bagi Iman dalam menjalankan usahanya. Apalagi, pendapatan petani meningkat hingga 50 persen.

“Sekarang kami lebih percaya diri untuk investasi awal, seperti beli bibit dan pupuk. Karena kami yakin hasil panennya pasti terserap pasar. Apalagi dengan sistem perlindungan tanaman dari hama menggunakan jagung, hasil panen jadi maksimal," katanya.

Sementara itu, Khalifatul Ardhi, pendamping kelompok tani dari Sinar Mas Agribusiness and Food, menjelaskan tujuan program ini. Para petani diharapkan memiliki ekosistem usaha yang sehat dan berkelanjutan.

Kelompok petani di lahan khas desa, Riau, sedang memanen cabai hasil hortikultura, Jumat. Petani-petani tersebut mrmanfaatkanlahan khas desa di samping lahan sawit untuk menanam.(Afut Syafril)

Menurut Ardhi, ikhtiar Kelompok Tani Makmur Lestari bukan hanya soal bertani, tapi tentang membuka peluang baru. Bahwa selain sawit, hortikultura bisa tumbuh subur dan menghidupi. Memilih profesi sebagai petani bisa menjadi pilihan masa depan yang menjanjikan, apalagi jika ada pendampingan, kemitraan, dan sistem yang mendukung.

"Kami ingin petani tidak hanya bisa menanam, tapi juga menjual dengan untung. Itu sebabnya pelatihan yang kami berikan mencakup dari dasar hingga pasca-panen. Kami ingin bertani jadi profesi yang menarik, terutama bagi generasi muda," jelasnya.

Pewarta :
Editor: Afut Syafril Nursyirwan
COPYRIGHT © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.