Gaza (ANTARA) - Badan Bantuan PBB untuk Pengungsi Palestina di Kawasan Timur Tengah (UNRWA) pada Jumat (2/5) mengungkapkan blokade Israel yang sedang berlangsung semakin memperburuk situasi kemanusiaan di Jalur Gaza, khususnya yang berdampak pada perempuan dan anak-anak.
Dalam pernyataan pers yang dirilis untuk menandai dua bulan sejak pemberlakuan blokade pada 2 Maret, UNRWA mengatakan pembatasan oleh Israel telah menyebabkan penurunan drastis kondisi hidup di daerah kantong tersebut, karena pasokan esensial seperti makanan, obat-obatan, dan bantuan kemanusiaan masih diblokir.
"Dengan setiap hari yang berlalu, pengepungan ini secara diam-diam akan membunuh lebih banyak anak-anak dan perempuan, selain mereka yang tewas akibat pengeboman," imbuh UNRWA.
UNRWA memperingatkan blokade ini merupakan bentuk hukuman kolektif terhadap warga sipil, termasuk anak-anak, perempuan, dan lansia. Mereka pun menyerukan kepada Israel untuk segera mencabut blokade dan memfasilitasi pengiriman bantuan kemanusiaan yang mendesak.
UNRWA juga kembali menegaskan seruan untuk pembebasan semua sandera yang ditahan sejak dimulainya konflik tersebut pada Oktober 2023
"Saatnya menunjukkan kita belum sepenuhnya kehilangan rasa kemanusiaan," kata UNRWA, sambil mendesak dibukanya kembali perlintasan secepatnya demi memungkinkan masuknya bantuan yang menyelamatkan jiwa.
Israel mencegah masuknya barang dan pasokan ke Gaza pada 2 Maret setelah berakhirnya fase pertama kesepakatan gencatan senjata dengan Hamas pada Januari. Fase kedua belum dapat diterapkan karena kedua belah pihak belum mencapai kesepakatan.
Pada 18 Maret, Israel melanjutkan operasi militernya di daerah kantong tersebut. Otoritas kesehatan yang berbasis di Gaza pada Kamis (1/5) melaporkan sedikitnya 2.326 warga Palestina tewas dan 6.050 orang lainnya terluka sejak Israel kembali melancarkan serangan intensif.
Baca juga: Kepala Intelijen Mesir temui Tim Israel bahas gencatan senjata di Jalur Gaza
Baca juga: Kemkes Gaza: Lebih dari 360 tenaga kesehatan telah ditangkap Israel