Pekanbaru (ANTARA) - "Dulu, kalau malam penerangan hanya seadanya saja. Tetapi sekarang listrik PLN hadir. Anak-anak sekarang bisa belajar dan mengaji tanpa khawatir kekurangan listrik," kata Mansur yang merupakan warga Pulau Nguan, Kecamatan Galang Baru, Kota Batam, Provinsi Kepulauan Riau.
Itulah perasaan Mansur yang seolah mewakili ungkapan seluruh warga Pulau Nguan lainnya usai daerahnya dinyatakan sudah teraliri listrik PLN pada pertengahan September 2024 lalu.
Tak luput, pria berusia 55 tahun ini menyampaikan terima kasih dan apresiasi kepada Pemerintah dan PLN yang telah menghadirkan terang bagi masyarakat di Pulau Nguan.
Dia pun bersyukur karena impian masyarakat Pulau Nguan akan hadirnya listrik 24 jam dari PLN kini telah terwujud.
Saat ini anak-anak di Pulau Nguan pun bisa belajar dan mengaji di malam hari tanpa khawatir kekurangan listrik. Sementara, ikan hasil tangkapan nelayan kini bisa disimpan di kulkas sehingga bisa dikonsumsi atau dijual beberapa hari setelah ditangkap. Sebagian besar penduduk Pulau Nguanbekerja sebagai nelayan, yang hasil tangkapannyabisa dikonsumsi sendiriatau dijual.
Aktivitas di malam hari pun dapat terlaksana dengan lancar. "Kami semua merasa sangat senang dan bersyukur atas hadirnya listrik 24 jam di Pulau Nguan. Terima kasih kepada Pemerintah dan PLN yang telah memperhatikan kami di pulau-pulau terpencil ini," kata Mansur lagi.
Mansur bersama 185 Kepala Keluarga di Pulau Nguan bisa menikmati listrik 24 jam setelah PT PLN (Persero) melalui Penyertaan Modal Negara (PMN) dari Pemerintah sukses menghadirkan listrik di Pulau Nguan yang termasuk kategori wilayah 3T (tertinggal, terdepan dan terluar).
Itu terwujud usai PLN menuntaskan pembangunan lima Tower Crossing dengan tinggi 67 meter dan saluran udara tegangan menengah sepanjang 1,64 kilometer sirkuit (kms) pada pertengahan September 2024 lalu.
Pembangunan Tower Crossing 20 kV ini adalah bagian dari program untuk meningkatkan Rasio Desa Berlistrik di Kepulauan Riau yang saat ini telah mencapai 99,76 persen.
Untuk masyarakat Pulau Nguan, listrik dipasok dari sistem kelistrikan PLN Batam melalui Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM) sehingga warga pulau itu dapat menikmati listrik secara penuh. Sedangkan warga di Pulau Air Glubi (tetangga Pulau Nguan) yang sebelumnya hanya menyala 14 jam sehari ditingkatkan menjadi 24 jam dan akan dipasok dari sistem pembangkit listrik Pulau Kelong.
Penggunaan Tower Crossing 20 kV dinilai praktis dipilih sebagai jawaban untuk menjahit dan menghadirkan listrik di Pulau Nguan serta menjadi salah satu upaya PLN untuk mendorong Program Dedieselisasi sekaligus mendukung tercapainya target net zero emission (NZE) pada tahun 2060.
Hadirnya listrik PLN yang andal dan ramah lingkungan ini bisa mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap penggunaan energi fosil untuk kegiatan sehari-hari. Selama ini warga Pulau Nguan mengandalkan mesin diesel berbahan bakar solar untuk menghasilkan sumber listrik yang beberapa jam saja setiap harinya. Bisa dibayangkan kebisingan dan polusi udara yang dihasilkan dari mesin itu.
"Harapannya, ekonomi dan produktivitas dapat meningkat serta mendorong kesejahteraan masyarakat Pulau Nguan dan sekitarnya," ujar General Manager PLN Unit Induk Distribusi Riau dan Kepulauan Riau (UID RKR) Tonny Bellamy.
Tak hanya Mansur. Berjarak ratusan kilometer dari PulauNguan, tepatnya di Dusun Aliantan, Kabupaten Rokan Hulu, Provinsi Riau, Herman kini juga bisa tersenyum karena rumah dan warungnya sudah terang maksimal karena listrik telah masuk ke daerahnya.
Selama ini, Herman dan 200 Kepala Keluarga di Dusun Aliantan hanya mengandalkan listrik seadanya untuk penerangan rumah dan kebutuhan harian lainnya.
Herman juga sangat bersyukur atas kehadiran listrik PLN di dusunnya yang telah lama dinantikan oleh masyarakat di Dusun Aliantan yang juga dikenal sebagai wilayah terpencil meski masih berada di daratan Provinsi Riau.
Dia mengatakan masuknya listrik di Dusun Aliantan memberikan dampak yang sangat positif. Dulu anak-anak belajar dengan penerangan seadanya di malam hari. Kini mereka bisa tersenyum dan semangat menggapai cita-citanya dengan diterangi lampu listrik. Ekonomi masyarakat pun tumbuh dengan suasana warung dan kedai yang terang. Wajah-wajah cerah di malam hari pun kian jelas terlihat.
Sebelumnya, PLN membangun jaringan tegangan menengah dengan panjang keseluruhan mencapai 11,4 kilometer sirkit (kms), jaringan tegangan rendah 7 kms dan serta tiga gardu distribusi dengan total kapasitas 370 kilovolt Ampere (kVA) yang salah satunya bisa menerangi Desa Aliantan.
Dengan perjuangan tanpa lelah, akhirnya PLN mampu menyalurkan listrik andal di Dusun Aliantan. "Ini adalah bukti dukungan kami, dimana PLN terus mengupayakan pembangunan kelistrikan hingga ke daerah terpencil," kata TonnyBellamy dalam sebuah kesempatan.
Tonny berharap kehadiran listrik dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat, serta membuka peluang baru untung pengembangan ekonomi lokal. Dia juga mengimbau agar warga ikut berperan aktif dalam menjaga aset PLN secara bersama-sama demi terjaganya suplai listrik yang andal dan berkualitas ke dusun tersebut.
Kebahagiaan juga dirasakan Lilis, salah satu warga Dusun Sei Gajah Makmur, Kecamatan Kubu, Kabupaten Rokan Hilir, Provinsi Riau. Ia tak dapat menyembunyikan kegembiraan dan rasa syukurnya atas selesainya pembangunan jaringan listrik di dusunnya.
Selama puluhan tahun, warga Dusun Sei Gajah Makmur hanya bisa menikmati penerangan memakai penerangan genset dengan waktu terbatas karena biaya operasional yang mahal.
"Saya sangat gembira dan bersyukur listrik sudah masuk di dusun kami. Dulu kami hanya pakai genset untuk penerangan di malam hari. Namun sekarang kami sudah bisa menikmati penerangan listrik 24 jam. Terima kasih PLN. Dengan adanya listrik, semoga dusun kami menjadi maju dan ekonomi masyarakat menjadi lebih baik," harap Lilis.
PT PLN (Persero) berhasil memberikan akses listrik 24 jam kepada 54 Kepala Keluarga Dusun Sei Gajah Makmur dengan pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan pada 10 Oktober 2024 lalu. Hal tersebut juga merupakan wujud komitmen hadirnya negara dalam menghadirkan listrik berkeadilan untuk masyarakat di kawasan terdepan, terluar dan tertinggal (3T).
Melistriki pulau-pulau di Kepulauan Riau ataupun daerah terpencil lainnya di Provinsi Riau merupakan suatu pekerjaan yang tak mudah. Kendala geografis seperti harus menyeberangi lautan, menelusuri perairan, kabel dan material listrik lainnya harus digotong, diangkat, atau dibawa sendiri oleh petugas PLN, menjadi tantangan tersendiri hingga akhirnya masyarakat terpencil bisa tersenyum bersama PLN untuk menatap masa depan anak-anak yang lebih terang.