Jakarta (ANTARA) - Tren-tren global yang muncul seperti ketegangan geopolitik, revolusi digital, dan perubahan iklim sedang mengubah lanskap pembangunan yang didorong oleh perdagangan, demikian disampaikan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) dalam sebuah laporan utama yang dirilis pada Senin (9/9).
Dalam Laporan Perdagangan Dunia (World Trade Report) edisi 2024, WTO memperkirakan bahwa faktor-faktor global seperti ketegangan geopolitik, konflik regional, dan sanksi perdagangan telah berdampak pada stabilitas fondasi pertumbuhan ekonomi dunia dalam 30 tahun terakhir, yang berpotensi menyebabkan fragmentasi perdagangan.
Di sisi lain, peningkatan intensitas modal dan keterampilan manufaktur modern telah mengurangi ruang lingkup bagi pertumbuhan yang didorong oleh manufaktur di perekonomian-perekonomian berpenghasilan rendah.
Sementara itu, perubahan iklim menimbulkan tantangan yang jauh lebih besar, khususnya bagi negara-negara tersebut.
Namun demikian, laporan itu juga menekankan peluang-peluang baru yang dibawa oleh tren global ini.
Sebagai contoh, perekonomian-perekonomian berkembang dapat menurunkan biaya perdagangan melalui digitalisasi, beralih ke pertumbuhan yang didorong oleh sektor jasa, atau memanfaatkan permintaan sumber daya terbarukan dalam transformasi hijau global untuk mencapai pembangunan.
"Mungkin, hal terpenting dari laporan ini adalah penegasan kembali peran transformatif perdagangan dalam mengurangi kemiskinan dan menciptakan kesejahteraan bersama," ujar Direktur Jenderal WTO Ngozi Okonjo-Iweala dalam kata pengantarnya untuk laporan itu.
"Namun, hal terpenting kedua adalah bahwa masih banyak lagi yang dapat kita lakukan untuk membuat perdagangan dan WTO bekerja lebih baik bagi perekonomian dan masyarakat yang tertinggal selama 30 tahun terakhir globalisasi," tambahnya.
Laporan itu menyebutkan bahwa pada 1996 hingga 2021, porsi perdagangan yang tinggi terhadap produk domestik bruto (PDB) sangat terkait dengan pertumbuhan yang lebih cepat di perekonomian berpenghasilan rendah dan menengah, sehingga membantu mereka mempersempit kesenjangan dalam PDB per kapita dengan perekonomian berpenghasilan tinggi.
WTO menyoroti perlunya kebijakan domestik yang mendukung seperti pelatihan kejuruan, tunjangan pengangguran, pendidikan untuk tenaga kerja yang lebih terampil dan fleksibel, serta kebijakan persaingan untuk memastikan konsumen mendapat manfaat dari harga yang lebih rendah, serta infrastruktur yang andal, dan pasar keuangan yang berfungsi dengan baik.
Laporan itu mendesak untuk mengurangi biaya perdagangan, menjembatani kesenjangan digital, dan memperbarui peraturan WTO guna memperhitungkan semakin pentingnya perdagangan di sektor jasa, serta sektor digital dan sektor hijau
Laporan tersebut juga menyerukan koordinasi yang lebih baik di antara organisasi-organisasi internasional, mengingat hal ini dapat membantu meningkatkan sinergi antara kebijakan perdagangan dan kebijakan komplementer, serta meningkatkan inklusivitas di seluruh dan di dalam perekonomian itu sendiri.
Baca juga: Upaya Pemerintah memacu ekonomi digital untuk menjadi negara maju
Baca juga: Berikut penerimaan pajak pemerintah atas usaha ekonomi digital terkini
Berita Lainnya
Mensos-Menko Pemberdayaan Masyarakat percepat nol kemiskinan ekstrem di Indonesia
18 December 2024 17:19 WIB
Kemenag berhasil raih anugerah keterbukaan informasi publik
18 December 2024 17:00 WIB
Dokter menekankan pentingnya untuk mewaspadai sakit kepala hebat
18 December 2024 16:37 WIB
Indonesia Masters 2025 jadi panggung turnamen terakhir The Daddies
18 December 2024 16:28 WIB
Menko Pangan: Eselon I Kemenko Pangan harus fokus pada percepatan swasembada pangan
18 December 2024 16:13 WIB
ASEAN, GCC berupaya perkuat hubungan kerja sama kedua kawasan
18 December 2024 15:57 WIB
Pramono Anung terbuka bagi parpol KIM Plus gabung tim transisi pemerintahan
18 December 2024 15:51 WIB
Pertamina berencana akan olah minyak goreng bekas jadi bahan bakar pesawat
18 December 2024 15:12 WIB