Jakarta (ANTARA) - Ekonom Radhika Rao mengatakan keputusan Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga BI-Rate sebesar 25 basis poin menjadi 6,25 persen merupakan langkah preventif dalam mencegah pelemahan rupiah lebih lanjut sehingga dapat mendukung stabilitas nilai tukar rupiah.
"Kami memandang kenaikan tersebut sebagai tindakan yang bijaksana dan bersifat preventif, karena isyarat global dan katalis dalam negeri kurang kondusif," kata Radhika di Jakarta, Jumat.
Langkah preventif tersebut dilakukan dalam mengantisipasi dampak risiko arah penurunan suku bunga kebijakan bank sentral Amerika Serikat (AS) dan ketegangan geopolitik global.
Menurut proyeksi BI, rupiah akan tetap stabil di level Rp16.200 per dolar AS pada kuartal II-2024, sebelum turun ke Rp15.800 per dolar AS pada akhir 2024.
"Kami memperkirakan kenaikan suku bunga yang proaktif oleh bank sentral akan mendukung nilai tukar rupiah," ujar ekonom senior di Bank DBS itu.
Dengan mempertimbangkan revisi asumsi dasar BI untuk siklus suku bunga bank sentral AS (The Fed), preferensi untuk tetap waspada dan memprioritaskan stabilitas rupiah, ia memperkirakan BI akan tetap memperpanjang jeda suku bunga hingga akhir tahun 2024, dengan menetapkan kemungkinan 30 persen untuk kenaikan suku bunga lanjutan.
Dengan masih adanya penguatan dolar AS dalam jangka pendek, Radhika memproyeksikan bank sentral akan tetap fokus pada stabilitas rupiah, dengan intervensi masih menjadi garis pertahanan pertama.
Lebih lanjut ia menuturkan katalis domestik kurang menguntungkan bagi mata uang rupiah karena antara lain surplus perdagangan barang telah menyusut secara signifikan.
Surplus perdagangan Maret 2024 mencatat peningkatan tajam menjadi 4,5 miliar dolar AS dibandingkan 0,8 miliar pada bulan sebelumnya karena menurunnya permintaan impor menjelang hari raya, dan nilai ekspor yang sedikit meningkat.
Meski demikian, surplus perdagangan pada kuartal I-2024 masih turun 40 persen dibandingkan tahun lalu. Hal tersebut kemungkinan akan memperluas neraca transaksi berjalan pada kuartal I-2024 menjadi minusa satu persen sampai dengan minus 1,3 persen produk domestik bruto (PDB) dari minus 0,4 persen pada 4Q23.
Sebelumnya, Bank Indonesia menaikkan suku bunga acuan atau BI-Rate sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 6,25 persen untuk memperkuat stabilitas nilai tukar dan menjaga pertumbuhan ekonomi dari dampak rambatan global.
Melalui Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI pada 23-24 April 2024, BI juga memutuskan untuk meningkatkan suku bunga deposit facility sebesar 25 basis poin menjadi 5,5 persen, dan suku bunga lending facility sebesar 25 basis poin menjadi 7 persen.
"Kenaikan suku bunga ini untuk memperkuat stabilitas nilai tukar rupiah dari kemungkinan memburuknya resiko global serta sebagai langkah pre-emptive dan forward looking untuk memastikan inflasi tetap dalam sasaran," kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam Pengumuman Hasil Rapat Dewan Gubernur BI Bulan April 2024 di Jakarta, Rabu (24/4).
Perry menuturkan keputusan tersebut juga untuk memastikan inflasi tetap dalam sasaran 2,5 plus minus satu persen pada 2024 dan 2025 sejalan dengan stance kebijakan moneter yang pro-stability.
Baca juga: Kemarin, Suku bungan acuan atau BI-Rate jadi 6,25 persen hingga inflasi terjaga
Baca juga: BI sebut kegiatan dunia usaha meningkat pada triwulan I-2024