Program cofiring PLTU PLN mampu tekan emisi karbon hingga 717.616 ton CO2

id Berita hari ini, berita riau terbaru, berita riau antara, PLN

Program cofiring PLTU PLN mampu tekan emisi karbon hingga 717.616 ton CO2

Program cofiring yang dilakukan PLTU PLN yang menggunakan serbuk gergaji, serpihan kayu, cangkang sawit, bonggol jagung, dan bahan bakar jumputan padat. (ANTARA/HO-PLN)

Pekanbaru (ANTARA) - PT PLN (Persero) mampu meningkatkan penggunaan biomassa sebagai pengganti batu bara lewat teknologi co-firing pada 41 Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di seluruh tanah air. Hingga triwulan III 2023, PLN mampu memproduksi energi bersih sebesar 718.458 Megawatt hour (MWh) dan berhasil menurunkan emisi karbon sebesar 717.616 ton CO2 melalui teknologi cofiring.

Direktur Utama PLNDarmawan Prasodjo mengatakan program cofiring berhasil diimplementasikan pada 41 PLTU dengan memanfaatkan biomassa sebanyak 668.869 ton.

"Program cofiring langkah nyata PLN untuk menekan emisi karbon guna mempercepat transisi energi menuju Net Zero Emissions pada 2060. Melalui program ini PLN bisa menurunkan emisi karbon hingga 717.616 ton CO2," ujar Darmawanmelalui pernyataannya, Kamis.

Darmawan memaparkan, penggunaan biomassa untuk program ini ditargetkan mencapai 1,08 juta ton pada akhir tahun. Penggunaan biomassa ini akan terus ditingkatkan hingga mencapai 10,2 juta ton pada tahun 2025.

Selain itu, kata Darmawan, penerapan cofiring ditargetkan mampu menghasilkan listrik hijau hingga 942 ribu MWh pada akhir 2023. Darmawan menambahkan, PLN optimistis dekarbonisasi sebesar 954 ribu ton CO2 pada tahun 2023 bisa tercapai. Apalagi, PLN juga telah merancang peta jalan nasional program cofiring hingga tahun 2025 mendatang.

“Ke depan PLN akan lebih trengginas lagi mengimplementasikan program cofiring dari 41 PLTU yang sudah terealisasi ke PLTU lainnya sehingga secara bertahap target 52 PLTU di 2025 nanti bisa tercapai dan terus menyumbang kontribusi peningkatan bauran Energi Baru Terbarukan (EBT),” kata Darmawan.

Di samping itu, Darmawan menegaskan program cofiring bukan hanya upaya dalam mengurangi emisi karbon, tetapi juga mendukung ekonomi kerakyatan. Dalam pelaksanaannya, cofiring juga melibatkan masyarakat dalam penyediaan biomassa sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi kerakyatan sebagaimana prinsip Environmental, Social and Governance (ESG).

Untuk itu, Darmawan mengajak masyarakat untuk terlibat aktif dalam menyediakan rantai pasok biomassa program co-firing ini. Biomassa yang dipergunakan di antaranya sawdust atau serbuk gergaji, serpihan kayu, cangkang sawit, bonggol jagung, dan bahan bakar jumputan padat.

"Dalam menyediakan rantai pasok ini, kami menjalin kerja sama dengan berbagai pihak mulai dari pemerintah daerah hingga kelompok masyarakat. Sehingga program ini memiliki dampak ekonomi untuk masyarakat secara langsung,” tutup Darmawan.