Singapura (ANTARA) - Harga minyak turun di perdagangan Asia pada Senin sore, karena penguatan dolar AS dan kekhawatiran ekonomi di China membuat suram prospek permintaan bahan bakar, namun perpanjangan pengurangan pasokan oleh Arab Saudi dan Rusia membuat minyak jenis Brent tetap di atas 90 dolar AS per barel.
Minyak mentah berjangka Brent melemah 15 sen atau 0,2 persen, menjadi diperdagangkan di 90,50 dolar AS per barel pada pukul 06.44 GMT. Sementara itu, minyak mentah West Texas Intermediate AS berada di 87,08 dolar AS per barel, turun 43 sen atau 0,5 persen.
"Kekhawatiran terhadap pertumbuhan ekonomi China membebani sentimen seluruh komoditas,” kata analis ANZ dalam sebuah catatan.
"Pergerakan ini diperburuk oleh menguatnya dolar AS, sehingga membuat minat investor tetap rendah,” mereka menambahkan, mengacu pada greenback yang telah menguat selama delapan minggu berturut-turut.
Harga minyak telah naik dalam dua minggu berturut-turut dengan Brent berada pada level tertinggi sejak November pada Jumat (8/9/2023), setelah Arab Saudi dan Rusia mengumumkan pekan lalu bahwa mereka akan memperpanjang pengurangan pasokan sukarela sebesar 1,3 juta barel per hari hingga akhir tahun.
"Harga minyak sebagian besar telah menyatu dengan perkiraan nilai wajar kami, namun dengan Arab Saudi yang lebih agresif dari perkiraan dengan pemotongan sepihak dan terus menguatnya permintaan, kami berhati-hati agar kenaikan harga baru-baru ini tidak memudar,” kata analis Barclays, Amarpreet Singh, dalam sebuah catatan.
Badan Energi Internasional (IEA) dan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) akan merilis laporan bulanan mereka minggu ini, dan tanda-tanda permintaan yang kuat kemungkinan akan mendorong harga minyak lebih tinggi.
Mukesh Sahdev, kepala hilir dan perdagangan minyak di Rystad Energy, mengatakan dampak pemotongan yang dilakukan Saudi akan lebih jelas pada akhir tahun, ketika kilang menyelesaikan pemeliharaan dan meningkatkan produksi.
"Pemeliharaan kilang akan menurunkan permintaan minyak mentah sebesar 2-2,5 juta barel per hari pada September dan Oktober, namun akan pulih kembali pada November dan Desember, sebagian mengimbangi dampak harga dari pengurangan tersebut,” katanya.
Sahdev memperkirakan penghentian kilang akan mencapai puncaknya pada 10 juta barel per hari pada Oktober.
Di Amerika Serikat, para produsen menambahkan satu rig minyak pada minggu lalu untuk pertama kalinya sejak Juni, kata Baker Hughes dalam laporan mingguannya, namun jumlah totalnya masih turun 127 rig, atau 17 persen lebih rendah dibandingkan tahun lalu.
WTI kemungkinan sedang dalam proses menetapkan kisaran baru yang lebih tinggi di atas 83 dolar AS dan di bawah resistensi di 93,50 dolar AS dalam beberapa minggu ke depan, dengan kekhawatiran seputar permintaan di China dan Eropa membatasi kenaikan lebih lanjut, kata analis IG, Tony Sycamore dalam sebuah catatan.
Baca juga: Harga minyak naik di awal Asia, Saudi dan Rusia perpanjang kurangi pasokan
Baca juga: Harga minyak turun imbas aktivitas pabrik China susut, pasar amati data AS
Berita Lainnya
Mensos-Menko Pemberdayaan Masyarakat percepat nol kemiskinan ekstrem di Indonesia
18 December 2024 17:19 WIB
Kemenag berhasil raih anugerah keterbukaan informasi publik
18 December 2024 17:00 WIB
Dokter menekankan pentingnya untuk mewaspadai sakit kepala hebat
18 December 2024 16:37 WIB
Indonesia Masters 2025 jadi panggung turnamen terakhir The Daddies
18 December 2024 16:28 WIB
Menko Pangan: Eselon I Kemenko Pangan harus fokus pada percepatan swasembada pangan
18 December 2024 16:13 WIB
ASEAN, GCC berupaya perkuat hubungan kerja sama kedua kawasan
18 December 2024 15:57 WIB
Pramono Anung terbuka bagi parpol KIM Plus gabung tim transisi pemerintahan
18 December 2024 15:51 WIB
Pertamina berencana akan olah minyak goreng bekas jadi bahan bakar pesawat
18 December 2024 15:12 WIB