Sejarah ANTARA Riau, dari konfrontasi Indonesia-Malaysia hingga isu G30S/PKI

id antara riau, sejarah antara riau,lkbn antara riau

Sejarah ANTARA Riau, dari konfrontasi Indonesia-Malaysia hingga isu G30S/PKI

Gedung LKBN ANTARA di Jalan Sumatera No 4 Pekanbaru saat persiapan menyambut HUT ke-78 RI tahun 2023. (ANTARA/Riski Maruto/23)

Dengan kegigihan dan keuletannya, ia berhasil memasarkan produk-produk ANTARA berupa buletin. Dari situ, ia pun mulai mendapatkan dana kegiatan operasional meski sangat terbatas,
Pekanbaru (ANTARA) - ANTARA Pekanbaru diresmikan pada tahun 1980 sebagai ANTARA Cabang Pekanbaru dengan Ismail Jacob sebagai kepala cabang. Sebenarnya, ANTARA sudah ada di Provinsi Riau sejak 1963 pada masa konfrontasi Indonesia-Malaysia di era Presiden Soekarno.

Pada masa itu, seorang pegawai Departemen Penerangan di Riau bernama Mardanus menjadi koresponden lepas ANTARA di Pekanbaru. Pada tahun yang sama, ANTARA juga diperkuat seorang karyawan PT Caltex, Moeslim Roesli.

Sebelum kedua insan ini berkarya, ANTARA juga pernah mengirimkan seorang wartawannya dari Jakarta untuk meliput konfrontasi Indonesia-Malaysia karena Riau merupakan garis terdepan dengan Negeri Jiran itu.

Namun pewarta dari Jakarta itu tidak bertugas lama di wilayah Riau, hanya sekitar dua bulan. Setelah itu tak ada lagi yang mewakili kepentingan ANTARA di Riau sampai Mardanus dan Moeslim Roesli hadir.

Perjuangan Moeslim Roesli untuk memperkenalkan ANTARA pada awalnya penuh dengan hambatan dan tantangan, terutama dalam hal dana dan fasilitas kerja akibat minimnya jaringan komunikasi serta transportasi pada masa itu.

Untuk membiayai operasional sehari-hari di bidang liputan, pengiriman berita, serta pengeluaran rutin lainnya, Moeslim mencari sendiri dananya karena belum ada gelontoran uang dari pusat.

Namun dengan kegigihan dan keuletannya, ia berhasil memasarkan produk-produk ANTARA berupa buletin kepada sekitar 30 pelanggan. Dari situ, ia pun mulai mendapatkan dana kegiatan operasional meski dalam jumlah yang sangat terbatas.

Adalah suatu perjuangan yang tidak ringan untuk memasarkan buletin ANTARA yang relatif tebal dan datangnya kerap terlambat. Saat itu, pengiriman buletin dari Jakarta hanya mengandalkan pesawat Garuda Indonesia yang terbang ke Pekanbaru seminggu sekali.

Suasana Jalan H Agus Salim No 126, Kota Pekanbaru, yang kini sudah menjadi komplek Pasar Sukarami. Di salah satu bangunan di jalan tersebut pernah disewa menjadi Kantor ANTARA Riau sebelum akhirnya pindah ke Jalan Sumatera No 4 hingga saat ini. (ANTARA/Riski Maruto/23)


Karena itu, bantuan PT Caltex pada awal-awal perjuangan ANTARA di Riau amatlah besar. Pesawat PT Caltex turut mengangkut buletin ANTARA sehingga distribusi buletin mulai agak lancar dan jarang terlambat. Pesawat Caltex sendiri terbang dari Jakarta ke Pekanbaru sebanyak tiga kali dalam sepekan.

Dari segi personil, saat itu juga mulai terjadi penambahan koresponden lepas. Selain Mardanus dan Moelim Roesli, datang tenaga baru yaitu M Jusdif Helmy yang masuk atas rekomendasi Moeslim Roesli dan F Djon Ajoi. Mereka berempat inilah yang menjadi koresponden ANTARA di Pekanbaru hingga meletusnya peristiwa Gerakan 30 S/PKI.

Setelah peristiwa G 30 S/PKI, Mardanus dan F Djon Ajoi tidak lagi menjadi koresponden ANTARA karena mereka diduga ada indikasi terlibat dalam peristiwa tragis tersebut.

Dalam perkembangannya lebih lanjut, Moeslim Roesli menambah tiga koresponden lagi atas persetujuan Gubernur Riau Kaharuddin Nasution yang juga sebagai Ketua Pepelrada Riau. Tiga koresponden yang baru tersebut adalah Moeslim Kawi (dari Harian Obor), Chairul Harun (Angkatan Bersenjata), dan Arisun Agust (RRI).

Sekedar mengembalikan ingatan, pada 29 Oktober 1965, Ketua Gabungan 5 Komando Operasi Tingkat Tertinggi (G5KOTI) mengeluarkan radiogram untuk semua Ketua Penguasa Pelaksanaan Dwikora Daerah (Pepelrada) tentang petunjuk mengenai penerbitan Lembaga Kantor Berita Negara (LKBN) ANTARA.

Berita-berita dari Riau saat itu dikirimkan ke Jakarta dengan menggunakan jasa pos maupun penerbangan pesawat PT Caltex dan Garuda Indonesia sehingga berita yang sampai di Jakarta semuanya sudah terlambat. Hal itu terjadi karena fasilitas telekomunikasi yang canggih seperti sekarang belum ada pada saat itu. Gedung ANTARA Riau juga belum ada sehingga para koresponden membuat berita dari rumah atau di mana saja.

Setelah selama sepuluh tahun merangkap sebagai koresponden ANTARA dan pegawai PT Caltex, pada akhir 1968, Moeslim Roesli mengundurkan diri. Moeslim Kawi pun muncul menggantikan Moelim Roesli.

Pada masa Moeslim Kawi inilah ANTARA mulai membenahi keberadaannya di Pekanbaru setelah sejak 1968 sampai 1974 berstatus hanya memiliki koresponden, kemudian ditingkatkan menjadi Perwakilan Pekanbaru.

Moeslim Kawi pun diangkat sebagai Kepala Perwakilan. Namun semuanya masih dalam suasana sederhana dan serba terbatas. Gedung tidak punya, begitu juga peralatan pengiriman berita yang masih mengandalkan jasa pos.

Dari status perwakilan, ANTARA meningkat lagi menjadi "Cabang Muda Pekanbaru" pada 27 Mei 1980, dan Kepala Cabang ditunjuk langsung dari Jakarta yaitu Ismail Jacob yang turut mempersiapkan perubahan status itu.

Kondisi Gedung Baskara Purna Yudha saat ini yang dulu pernah menjadi kantor sementara LKBN ANTARA Biro Riau di Jalan Cut Nyak Dien, Pekanbaru. (ANTARA/Riski Maruto/23)


Pada saat itu, ANTARA mulai memiliki alamat tetap dengan dipinjamkannya sebuah ruangan berukuran 3x3 meter di Gedung Baskara Purna Yudha (Gedung Veteran) di Jalan Cut Nyak Dien. ANTARA mendapat ruangan itu atas bantuan Pemerintah Daerah Tingkat I Riau.

Peralatan pengiriman berita juga mulai dipasang, berupa telex umum sehingga berita-berita bisa dikirim langsung ke Jakarta menggunakan telex yang tergolong canggih pada masanya. Tak ada lagi kata terlambat untuk berita-berita asal Pekanbaru dan sekitarnya.

ANTARA hanya menempati ruangan itu hanya sekitar enam bulan, kemudian menyewa sebuah rumah penduduk di Jalan Agus Salim No 126 Pekanbaru. Sementara itu, Kepala Cabang mulai Februari 1981 dipegang Achiruddin yang juga dari Jakarta. Sejak Januari 1982 hingga 22 Juni 1987, jabatan Kepala Cabang beralih ke tangan Tukidi Nurendro.

Mesin telex yang pernah dipakai pewarta ANTARA pada era 1980-an. Sejumlah telex saat ini teronggok di gudang ANTARA Riau. (ANTARA/Riski Maruto/23)


Pada masa Tukidi ini, ANTARA mulai bersinar cerah di Bumi Lancang Kuning. Pada masanya, saluran telex umum diganti menjadi telex point to point sehingga pelanggan dapat secara langsung menerima berita ANTARA secara terus menerus.

ANTARA juga mulai menempati gedung baru di Jalan Sumatera No 4 pada 15 Mei 1983 (hingga saat ini) atas bantuan Pemda Tingkat I Riau. Gedung baru seluas 120 meter persegi itu berdiri di atas tanah seluas 600 meter persegi dan diresmikan penggunaannya oleh Menteri Dalam Negeri Soepardjo Rustam.

Dari segi pemasaran, ANTARA juga sangat maju ketika itu. Hampir semua instansi berlangganan buletin ANTARA mengingat koran saat itu memang masih langka di Bumi Lancang Kuning ini.

Sejumlah monitor komputer dan telex yang pernah dipakai pewarta ANTARA pada era 1980 hingga 1990-an yang tersimpan di gudang ANTARA Riau. (ANTARA/Riski Maruto/23)


Pada 1 Januari 1984, status Cabang Muda diubah menjadi LKBN ANTARA Provinsi Riau dan berubah lagi menjadi Biro pada 30 Maret 1987.

Selanjutnya, jabatan Kepala Biro LKBN ANTARA Provinsi Riau diserahterimakan dari Tukidi Nurendro kepada Ibnu Tamam pada 22 Juni 1987. Dan pada Januari 1988, ia digantikan Rachmat Syarif yang menjabat hingga 6 Juni 1992.

Dari Rachmat Syarif, tongkat kepemimpinan beralih ke Rafaat Nurdin yang menjabat sampai 20 Maret 1995.

Pada masa Rafaat Nurdin, ANTARA Riau mulai memasuki era komputer. Berita-berita tidak dikirim lagi menggunakan telex, tetapi melalui komputer yang telah dilengkapi modem internet.

Pelanggan ANTARA di Riau juga telah menggunakan fasilitas VSAT dalam pengiriman berita dan foto di samping tetap menggunakan faksimili untuk kepentingan administrasi. Saluran telex dua arah maupun point to point juga masih tetap dipertahankan. Sebenarnya, ANTARA bisa disebut pionir media online di Tanah Air karena pelanggan sudah bisa menikmati sajian berita secara daring pada medio 1990-an.

Estafet kepemimpinan terus berjalan. Jabatan Rafaat Nurdin selanjutnya diteruskan oleh Rajab Ritonga pada 20 Maret 1995 hingga 19 Juli 1996. Selanjutnya Kepala ANTARA Riau dipegang oleh Djauhari T Soegiharto dan dilanjutkan oleh generasi pemimpin-pemimpin selanjutnya. Di sebagian besar kabupaten/kota di Provinsi Riau juga sudah ada kontributor yang menjadi pilar ANTARA di daerah.

Di era tsunami informasi seperti saat ini, ANTARA dituntut untuk berproses mengikuti perkembangan jaman. Setiap biro di daerah mulai memiliki portal sesuai nama daerah masing-masing. Tak terkecuali di Riau, pada masa kepemimpinan Maswandi (2012-2018) ANTARA Riau memiliki portal berita bernama www.antarariau.com yang dikelola secara mandiri oleh biro atau belum bergabung ke manajemen pusat di bawah bendera www.antaranews.com.

Namun selanjutnya, pada awal-awal era kepemimpinan Riski Maruto (pengganti Maswandi) atau pada akhir 2018 dan awal 2019, portal www.antarariau.com mulai bergabung ke pusat untuk memudahkan koordinasi dan manajemen konten. Portal ANTARA pun berganti nama menjadi www.riau.antaranews.com hingga saat ini.

Saat ini secara rutin, LKBN ANTARA menilai kinerja biro-biro di daerah dan hasilnya diumumkan pada awal tahun berbarengan dengan rapat kerja nasional. Selama ini ANTARA Riau pernah dua kali meraih predikat Biro Terbaik Pertama semasa kepemimpinan Maswandi pada 2016, dan di era Riski Maruto pada 2021.

Berikut daftar Kepala ANTARA Riau dari masa ke masa :

1. Moeslmi Kawi (Kepala Perwakilan periode 1874-1980)

2. Ismail Jacob (Kepala Cabang 1980-1981)

3. Achiruddin (Kepala Cabang 1980-1981)

4. Tukidi Nurendro (Kepala Cabang 1982-1987)

5. Ibnu Tamam (Kepala Biro 1987-1988)

6. Rachmat Syarif (1988-1992)

7. Rafaat Nurdin (1992-1995)

8. Rajab Ritonga (1995-1996)

9. Djauhari T Soegiharto (1996-1999)

10. Yaunusar Bakar (1999-2005)

11. Agus Suroso (2005-2006)

12. Evy Ratnawati (2006-2011)

13. Jeffry Manuel Rawis (2011-2012)

14. Maswandi (2012-2018)

15. Riski Maruto (2018-sekarang).