Singapura (ANTARA) - Harga minyak sedikit menguat di awal perdagangan Asia pada Senin, bersama dengan pasar ekuitas, setelah China mengambil langkah-langkah untuk mendukung perekonomiannya yang lesu, meskipun investor tetap khawatir tentang laju pertumbuhan serta kenaikan suku bunga AS lebih lanjut yang dapat mengurangi permintaan bahan bakar.
Minyak mentah berjangka Brent terkerek 22 sen atau 0,3 persen, menjadi diperdagangkan di 84,70 dolar AS per barel pada pukul 00.49 GMT. Sementara itu, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate AS berada di 80,08 dolar AS per barel, terangkat 25 sen atau 0,3 persen.
Minyak mendapatkan keuntungan dari suasana yang lebih baik pada pembukaan perdagangan, analis pasar IG Tony Sycamore mengatakan, setelah China mengurangi separuh pajak pada perdagangan saham efektif pada Senin dalam upaya terbaru untuk meningkatkan pasar yang sedang kesulitan.
"Sayangnya, setelah penurunan suku bunga (bunga bank sentral China) yang kecil pada minggu lalu, pengumuman di atas hanyalah tindakan sedikit demi sedikit yang tidak akan mengubah kesuraman investor terhadap China,” tambahnya.
Indeks manajer pembelian (PMI) manufaktur China yang akan dirilis akhir pekan ini kemungkinan akan mengungkapkan berita ekonomi yang lebih suram di negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia tersebut, kata Sycamore. PMI kemungkinan akan tetap berada di wilayah kontraksi selama lima bulan berturut-turut, tambahnya.
Analis pasar CMC, Tina Teng mengatakan skenario soft-landing terhadap perekonomian AS mendukung pasar energi pada Senin meskipun sikap Federal Reserve masih hawkish terhadap kenaikan suku bunga.
Brent dan WTI membukukan kerugian minggu kedua pada Jumat (25/8é2023) setelah Ketua Fed Jerome Powell mengatakan bank sentral AS mungkin perlu menaikkan suku bunga lebih lanjut untuk meredam inflasi yang masih terlalu tinggi.
Namun, harga minyak tetap di atas 80 dolar AS per barel karena dukungan dari penurunan persediaan minyak dan pengurangan pasokan dari produsen minyak kolektif OPEC+.
Di Amerika Serikat, perusahaan-perusahaan energi mengurangi jumlah rig minyak aktif selama sembilan bulan pada Agustus, kata Baker Hughes dalam laporannya.
Selain itu, Badai Tropis Idalia telah terbentuk di Karibia dan dapat menguat menjadi badai dan melanda Florida.
Badai tersebut diperkirakan akan mengenai pusat minyak dan gas di Teluk dan dampak yang paling mungkin adalah pemadaman listrik selama satu atau dua hari, kata Sycamore dari IG. Hal ini "akan memberikan dukungan jangka pendek terhadap harga minyak", katanya.
Baca juga: Harga minyak menuju turun mingguan karena khawatir permintaan dan dolar kuat
Baca juga: Harga minyak naik di Asia didorong perkiraan penurunan persediaan AS
Berita Lainnya
Mensos-Menko Pemberdayaan Masyarakat percepat nol kemiskinan ekstrem di Indonesia
18 December 2024 17:19 WIB
Kemenag berhasil raih anugerah keterbukaan informasi publik
18 December 2024 17:00 WIB
Dokter menekankan pentingnya untuk mewaspadai sakit kepala hebat
18 December 2024 16:37 WIB
Indonesia Masters 2025 jadi panggung turnamen terakhir The Daddies
18 December 2024 16:28 WIB
Menko Pangan: Eselon I Kemenko Pangan harus fokus pada percepatan swasembada pangan
18 December 2024 16:13 WIB
ASEAN, GCC berupaya perkuat hubungan kerja sama kedua kawasan
18 December 2024 15:57 WIB
Pramono Anung terbuka bagi parpol KIM Plus gabung tim transisi pemerintahan
18 December 2024 15:51 WIB
Pertamina berencana akan olah minyak goreng bekas jadi bahan bakar pesawat
18 December 2024 15:12 WIB