Jakarta (ANTARA) - Paramiliter Sudan Pasukan Dukungan Cepat (RSF) mengatakan telah menyepakati gencatan senjata selama 72 jam atas dasar kemanusiaan yang mulai berlaku pada pukul 06.00 waktu setempat, Jumat.
Kesepakatan itu berpotensi memungkinkan jeda kemanusiaan dari konflik militer selama enam hari antara RSF dengan militer Sudan.
"Gencatan senjata bertepatan dengan (hari raya umat Muslim) Idul Fitri yang berkah ... untuk membuka koridor kemanusiaan guna mengevakuasi warga negara dan memberikan mereka kesempatan untuk bersilahturahmi dengan keluarga," kata RSF lewat pernyataan.
RSF mengatakan pihaknya harus "membela diri" untuk melawan hal yang digambarkannya sebagai upaya kudeta. Kelompok paramiliter Sudan itu menambahkan bahwa pihaknya berkomitmen pada "gencatan senjata menyeluruh".
Sejauh ini belum ada komentar langsung dari pihak militer Sudan.
Hingga kini lebih dari 330 orang tewas akibat kekerasan perebutan kekuasaan yang terjadi sejak pekan lalu antara dua pemimpin junta militer Sudan yang sebelumnya bersekutu.
Pertempuran paling sengit antara kelompok militer (ASF) dan RSF terjadi di ibu kota Khartoum dan sekitarnya, yang merupakan salah satu daerah urban terbesar Afrika, dan di Darfur, yang masih dibayangi oleh konflik panjang yang berakhir tiga tahun silam.
Baca juga: Telepon pemimpin militer Sudan, Presiden Turki Erdogan desak pelindungan warga Turki
Baca juga: Seorang WNI dikabarkan terkena pantulan peluru nyasar di tengah pertempuran Sudan
Sumber: Reuters