Singapura (ANTARA) - Harga minyak berada di jalur untuk penurunan mingguan sebesar 2,5 persen pada Jumat, karena data ekonomi AS yang kuat meningkatkan kekhawatiran bahwa Federal Reserve akan semakin memperketat kebijakan moneternya untuk mengatasi inflasi, langkah yang dapat menekan permintaan bahan bakar.
Minyak mentah berjangka Brent tergelincir 96 sen atau 1,13 persen, menjadi diperdagangkan di 84,18 dolar AS per barel pada pukul 07.44 GMT. Sementara itu, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS jatuh 97 sen atau 1,24 persen, menjadi diperdagangkan di 77,52 dolar AS per barel.
Kedua harga acuan minyak menuju penurunan mingguan lebih dari 2,5 persen.
Data menunjukkan bahwa indeks harga produsen (IHP) AS naik 0,7 persen pada Januari 2023, setelah turun 0,2 persen pada Desember 2022. Sementara itu, klaim pengangguran secara tak terduga turun menjadi 194.000, dibandingkan dengan perkiraan 200.000, menurut jajak pendapat Reuters.
"Data AS yang kuat mendukung kekhawatiran atas kenaikan suku bunga dan mendorong kenaikan imbal hasil obligasi Pemerintah AS, yang membebani harga minyak dan komoditas lainnya," kata Kazuhiko Saito, Kepala Analis di Fujitomi Securities Co Ltd.
Tina Teng, seorang analis di CMC Markets, mengatakan stok minyak mentah AS naik ke level tertinggi 17 bulan menunjukkan bahwa permintaan melemah, mengakibatkan harga lebih rendah.
"Harga minyak mentah juga lebih rendah, karena perdagangan risk-off menyusul aksi jual di Wall Street menyusul data IHP dan dolar AS yang kuat," kata Teng.
Harga minyak naik turun selama beberapa minggu terakhir di antara kekhawatiran resesi melanda Amerika Serikat di tengah kenaikan tingkat inflasi dan harapan untuk kenaikan permintaan di China, importir minyak utama dunia.
Badan Energi Internasional (IEA) mengatakan minggu ini bahwa China akan menyumbang hampir setengah dari pertumbuhan permintaan minyak tahun ini, setelah melonggarkan pembatasan COVID-19. Tetapi penahanan produksi oleh negara-negara OPEC+, anggota Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya, bisa berarti defisit pasokan di paruh kedua.
Menteri Energi Saudi Pangeran Abdulaziz bin Salman mengatakan kesepakatan OPEC+ saat ini untuk memangkas target produksi minyak sebesar 2 juta barel per hari akan dikunci hingga akhir tahun, menambahkan dia tetap berhati-hati terhadap permintaan China.
Baca juga: Harga minyak jatuh di awal perdagangan Asia setelah persediaan AS melonjak
Baca juga: Harga minyak jatuh di awal perdagangan Asia terseret kekhawatir permintaan
Berita Lainnya
BPBD DKI sebut genangan banjir rob di Jakarta Utara mulai berangsur turun
16 November 2024 15:25 WIB
Ketua MPR Ahmad Muzani lelang 1 ton sapi untuk disumbangkan korban Gunung Lewotobi
16 November 2024 15:10 WIB
Presiden Prabowo: APEC harus jadi model solidaritas dan kolaborasi Asia Pasifik
16 November 2024 14:49 WIB
Nelayan di Flores Timur NTT mulai lakukan aktivitas memancing
16 November 2024 14:01 WIB
Prototipe wahana berawak penjelajah Bulan milik China di tahap pengembangan awal
16 November 2024 13:47 WIB
Studi menunjukkan berjalan kaki diklaim dapat tingkatkan harapan hidup
16 November 2024 13:39 WIB
Film "Ambyar Mak Byar" telah merilis teaser poster terbaru
16 November 2024 13:28 WIB
Ribuan warga kibarkan bendera Indonesia dan Palestina di Perairan Selat Sunda
16 November 2024 13:18 WIB