Presiden Palestina Mahmoud Abbas salahkan Israel atas ketegangan yang terjadi

id Berita hari ini, berita riau terbaru, berita riau antara, Palestina

Presiden Palestina Mahmoud Abbas salahkan Israel atas ketegangan yang terjadi

Presiden Palestina Mahmoud Abbas (kanan) bertemu dengan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken (kiri) di Kantor Kepresidenan Palestina di Kota Ramallah, Tepi Barat pada Selasa (31/1/2023). (Xinhua)

Ramallah (ANTARA) - Presiden Palestina Mahmoud Abbas pada Selasa (31/1) mengatakan kepada Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken bahwa pemerintah Israel "bertanggung jawab penuh atas ketegangan dan kekerasan yang terjadi saat ini di wilayah Palestina".

Abbas menyampaikan pernyataan tersebut dalam sebuah pertemuan dengan Blinken yang digelar di Kantor Kepresidenan Palestina di Kota Ramallah, Tepi Barat.

Blinken sedang melakukan kunjungan selama tiga hari ke Timur Tengah yang dimulai pada Minggu (29/1), seperti dilaporkan oleh kantor berita Palestina, WAFA.

"Pemerintah Israel bertanggung jawab atas kemunduran yang terjadi saat ini karena mereka telah merusak solusi dua negara dan melanggar perjanjian yang telah ditandatangani," kata Abbas seperti dikutip oleh WAFA.

Abbas juga menuduh komunitas internasional gagal mengakhiri pendudukan militer Israel di wilayah Palestina serta gagal menghentikan kebijakan permukiman Israel di Tepi Barat dan Yerusalem Timur.

Lebih lanjut Abbas menyoroti adanya kekurangan dalam upaya internasional untuk mengakui negara Palestina dan keanggotaan penuhnya di PBB.

"Ada juga penentangan terhadap upaya Palestina untuk mempertahankan eksistensi dan hak-hak sah mereka di forum dan pengadilan internasional serta untuk memberikan perlindungan internasional bagi rakyat kami," tutur Abbas.

Presiden Palestina itu mengatakan kepada Blinken bahwa "kebijakan itu mendorong Israel untuk melakukan lebih banyak kejahatan dan melanggar hukum internasional."

Abbas pun menjabarkan daftar tindakan dan pelanggaran sepihak Israel kepada Blinken, termasuk pembangunan permukiman, pencaplokan tanah Palestina, teror terhadap warga Palestina, penyerbuan wilayah Palestina, pembunuhan dan penghancuran rumah warga Palestina.

"Israel diabaikan, tanpa pencegahan atau pertanggungjawaban. Israel terus melanjutkan operasi sepihak dan kejahatan terhadap warga Palestina dan properti mereka," katanya.

Abbas menambahkan bahwa "penghentian total tindakan sepihak Israel, yang melanggar perjanjian yang telah ditandatangani dan melanggar hukum internasional, adalah solusi utama untuk mengembalikan cakrawala politik dan mengakhiri pendudukan Israel."

"Semua ini dapat dicapai di bawah referensi internasional dan Inisiatif Perdamaian Arab untuk mewujudkan perdamaian, stabilitas, dan keamanan bagi semua pihak di kawasan kami dan dunia," ujar Abbas.

Pemerintah dan rakyat Palestina ingin mengakhiri pendudukan Israel atas wilayah Palestina yang berlangsung sejak 1967, dan mendirikan negara Palestina yang merdeka di Tepi Barat dan Jalur Gaza dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya.

Negosiasi perdamaian Israel-Palestina yang dijembatani oleh AS terhenti pada 2014 menyusul perbedaan pendapat yang mendalam mengenai sejumlah isu, seperti pembangunan permukiman, keamanan, dan pengakuan Israel atas wilayah Palestina.

Kementerian Kesehatan Palestina sebelumnya menyatakan bahwa sejak 1 Januari, tentara Israel telah membunuh 34 warga Palestina, termasuk anak-anak dan perempuan, di Tepi Barat dan Yerusalem Timur.

Para pejabat Palestina telah memperingatkan tentang peningkatan pembunuhan warga Palestina oleh Israel, terutama setelah pembentukan pemerintahan baru Israel yang dipimpin oleh Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, yang merupakan pemerintahan sayap kanan paling ekstrem dalam sejarah Israel.

Baca juga: Warga Yordania protes terkait pembunuhan warga Palestina oleh Israel di Jenin

Baca juga: Indonesia ajak dunia serius lakukan upaya damai untuk Palestina