Jakarta (ANTARA) - Industri makanan dan minuman kekurangan pasokan gula kristal rafinasi (GKR) untuk memproduksi berbagai macam produk dan terancam berhenti berproduksi apabila tidak ada kebijakan untuk menambah stok gula dari pemerintah.
Head of Corporate Communication & Relation PT Garudafood Putra Putri Jaya Tbk (GOOD) Dian Astriana dalam keterangan tertulis di Jakarta, Senin, mengatakan pihaknya berharap pemerintah dapat membuka keran impor bahan baku untuk gula kristal rafinasi agar dapat memenuhi kebutuhan industri makanan dan minuman.
"Tentu kami berharap pemerintah dapat menambah kuota sehingga dapat memenuhi kebutuhan industri makanan dan minuman," kata Dian.
Menurut Dian, gula kristal rafinasi merupakan salah satu bahan baku utama yang harus terpenuhi dalam memproduksi mayoritas produk Garudafood. Apabila pasokan gula terkendala, maka bisa berdampak pada penghentian kegiatan produksi.
"Garudafood menggunakan GKR sebagai bahan baku produksinya. Terkait ketersediaan pasokan GKR, apabila terkendala maka tentu berpotensi mempengaruhi kelancaran produksi kami" kata dia.
Seretnya pasokan gula kristal rafinasi untuk industri makanan dan minuman juga dialami produsen makanan ringan atau snack, PT Arnott's Indonesia, yang saat ini mengalami kesulitan pasokan gula.
"Arnott's juga mengalami kesulitan pasokan gula," kata Oktaviana Quinta Dewi dari Arnott’s.
Menurut Oktaviana, seretnya pasokan gula ini berisiko mengganggu kegiatan produksi di saat stok gula di gudang sudah sangat menipis.
"Betul terancam stop produksi, shortage gula ini memberikan risk diproses produksi kami. Kami berharap pemerintah bisa segera mengeluarkan kebijakan," katanya.
Para pelaku industri makanan dan minuman disebutkan sudah mengirimkan surat ke pemerintah terkait berkurangnya pasokan gula kristal rafinasi menjelang akhir tahun.
Proyeksi pertumbuhan bisnis makanan dan minuman tahun 2023 minimal 5 persen juga diyakini bisa terganggu jika terkendala pasokan bahan baku yang terhambat. Terganggunya pasokan GKR akan berdampak pada berhentinya produksi.
Industri makanan dan minuman di Indonesia memiliki peranan penting bagi pertumbuhan ekonomi nasional. Pada triwulan III-2022 industri makanan dan minuman tumbuh 3,57 persen atau lebih tinggi dibanding periode sebelumnya 3,49 persen. Meskipun terdampak pandemi Covid-19, subsektor makanan dan minuman masih mampu tumbuh dan berkontribusi pada pertumbuhan industri nonmigas yang mencapai 4,88 persen.
Kinerja ekspor produk makanan dan minuman juga mencatatkan nilai 36 miliar dollar AS (termasuk kelapa sawit) pada Januari-September 2022. Sedangkan impor produk makanan dan minuman pada periode yang sama sebesar 12,77 miliar dollar AS.
Baca juga: Gula darah tinggi bukan hanya disebabkan karena makanan terbuat dari gula
Baca juga: Perum Perhutani manfaatkan hutan untuk mewujudkan swasembada gula nasional
Berita Lainnya
Ketua MPR Ahmad Muzani lelang 1 ton sapi untuk disumbangkan korban Gunung Lewotobi
16 November 2024 15:10 WIB
Presiden Prabowo: APEC harus jadi model solidaritas dan kolaborasi Asia Pasifik
16 November 2024 14:49 WIB
Nelayan di Flores Timur NTT mulai lakukan aktivitas memancing
16 November 2024 14:01 WIB
Prototipe wahana berawak penjelajah Bulan milik China di tahap pengembangan awal
16 November 2024 13:47 WIB
Studi menunjukkan berjalan kaki diklaim dapat tingkatkan harapan hidup
16 November 2024 13:39 WIB
Film "Ambyar Mak Byar" telah merilis teaser poster terbaru
16 November 2024 13:28 WIB
Ribuan warga kibarkan bendera Indonesia dan Palestina di Perairan Selat Sunda
16 November 2024 13:18 WIB
Presiden Vietnam yakin Indonesia akan unggul di kepemimpinan Prabowo Subianto
16 November 2024 13:05 WIB