Jakarta (ANTARA) - Indonesia Investment Authority (INA) menandatangani tiga nota kesepahaman kerja sama dengan berbagai pemangku kepentingan untuk mendukung program mekanisme transisi energi (energy transition mechanism/ETM).
Ketua Dewan Direktur INA Ridha Wirakusumah mengatakan percepatan adopsi energi terbarukan akan memainkan peran kunci sebagai enabler untuk pembangunan berkelanjutan dan ketahanan iklim.
"Kami bersemangat mendukung dan menjadi bagian dari perjalanan transisi energi Indonesia," katanya dalam keterangan resmi di Jakarta, Senin.
Ia mengatakan percaya dengan penggunaan strategi dua arah, melalui pengurangan bertahap pembangkit listrik berbahan bakar karbon dan investasi pada sumber energi terbarukan skala besar akan memungkinkan Indonesia memenuhi komitmen netral karbon, menciptakan lapangan kerja baru, mendorong pertumbuhan, dan memberikan manfaat sosial dan kesehatan.
“Selain itu yang terpenting adalah kita memulai perjalanan transisi sekarang, dimulai dengan mengurangi emisi karbon,” tambah Ridha.
Ketiga Nota Kesepahaman akan membuka peluang untuk INA bermitra dengan investor ekuitas dan atau pemberi pinjaman lain, sesuai dengan hasil pada uji tuntas yang dilakukan terhadap aset serta proyek.
Nota Kesepahaman pertama ditandatangani oleh INA bersama PT Sarana Multi Infrastruktur (SMI) yang telah ditunjuk sebagai country platform manager ETM di Indonesia.
Kedua pihak sepakat untuk bekerja sama dan mengevaluasi investasi dan optimalisasi penurunan aset PLTU yang dipilih oleh INA secara bertahap, dengan mengarahkan modal sendiri dan/atau pembiayaan lunak dari sumber pihak ketiga.
Nota Kesepahaman kedua ditandatangani antara INA dengan The Global Energy Alliance for People and Planet (GEAPP), sebuah koalisi kemitraan antara lembaga publik dan swasta, termasuk yayasan terkemuka, seperti Rockefeller Foundation, Ikea Foundation, dan Bezos Earth Fund.
GEAPP dan INA akan bersama-sama mengeksplorasi dan berpotensi turut berpartisipasi dalam kesempatan-kesempatan untuk mempercepat penutupan PLTU seiring dengan berakhirnya masa operasional teknis pembangkit tersebut.
Nota Kesepahaman ketiga ditandatangani oleh INA, Asian Development Bank (ADB), PT Perusahaan Listrik Negara (PLN), dan PT Cirebon Electric Power (CEP) untuk menjajaki kelayakan pembiayaan pemensiunan dini PLTU Cirebon 1.
Melalui MoU ini, keempat pihak pun memulai pembicaraan untuk penutupan PLTU pertama Indonesia yang dikelola pembangkit listrik independen (independent power producer/IPP),
Sebagai bagian dari pelaksanaan program ETM yang dicanangkan, INA, ADB, PLN, dan CEP selanjutnya akan mengembangkan struktur dan persyaratan pendanaan untuk memaksimalkan pensiun dini dari sisa waktu operasional teknis PLTU Cirebon-1.
INA dan ADB pun berkomitmen untuk memastikan program ETM yang dilakukan memenuhi prinsip transisi berkeadilan, untuk meminimalkan dampak negatif yang mungkin timbul akibat pemensiunan dini PLTU. "Dalam mengimplementasikan program ETM ini, INA turut dibantu oleh DBS Bank Limited sebagai penasihat keuangan," kata Ridha.
Baca juga: Wamenkeu Suahasil optimistis INA akan menjadi katalis berbagai investasi besar
Baca juga: Pelindo dan INA kerja sama kelola Belawan sebagai gerbang logistik Indonesia
Berita Lainnya
Kemunculan Raffi Ahmad jadi fenomena baru di Pilkada Jawa Tengah
11 May 2024 16:25 WIB
Indonesia dorong pemberian hak-hak istimewa bagi Palestina di PBB
11 May 2024 16:15 WIB
Nadhif Basalamah dan penyanyi Inggris Henry Moodie bahas proses kreatif pembuatan lagu
11 May 2024 16:04 WIB
Bus Shalawat layani 7.884 calon jamaah haji di Asrama Haji Sudiang
11 May 2024 15:55 WIB
OPPO siap merilis ponsel pintar berstandar militer di Indonesia
11 May 2024 15:41 WIB
Google Cloud sediakan platform pelatihan via daring
11 May 2024 15:35 WIB
Serial "Shogun" diperkirakan akan berlanjut ke musim kedua
11 May 2024 15:26 WIB
Korban tewas akibat badai di Brasil selatan naik jadi 116 orang
11 May 2024 15:16 WIB