Tokyo (ANTARA) - Harga minyak turun di sesi Asia pada perdagangan Kamis sore, karena investor khawatir bahwa kenaikan suku bunga agresif dari pembuat kebijakan global akan memperlambat ekonomi dan mengurangi permintaan bahan bakar, sementara pembatasan baru untuk mengekang COVID-19 di China juga menambah tekanan.
Minyak mentah berjangka Brent merosot 80 sen atau 0,8 persen, menjadi diperdagangkan di 94,84 dolar AS per barel pada pukul 06.26 GMT. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS terpangkas 85 sen atau 1,0 persen, menjadi diperdagangkan di 88,70 dolar AS per barel.
"Meningkatnya kekhawatiran atas melemahnya permintaan bahan bakar karena kenaikan suku bunga agresif oleh bank sentral AS dan Eropa melebihi kekhawatiran atas pasokan global yang ketat," kata Hiroyuki Kikukawa, manajer umum penelitian di Nissan Securities.
Tanda-tanda kelemahan baru-baru ini dalam ekonomi China dan pembatasan pandemi yang lebih kuat di negara itu juga membebani sentimen, tambahnya.
"Pasar tarik-menarik yang mencerminkan prospek permintaan yang lesu dan perkiraan pasokan yang ketat diperkirakan akan terus berlanjut," kata Kikukawa.
Aktivitas pabrik China mengalami kontraksi untuk pertama kalinya dalam tiga bulan pada Agustus di tengah melemahnya permintaan, sementara kekurangan listrik dan wabah COVID-19 baru mengganggu produksi, sebuah survei sektor swasta menunjukkan.
Pusat teknologi China Selatan, Shenzhen, memperketat pembatasan COVID-19 ketika kasus terus meningkat, dengan acara besar dan hiburan dalam ruangan ditangguhkan selama tiga hari di distrik kota terpadat Baoan.
Volatilitas pasar minyak baru-baru ini telah mengikuti kekhawatiran tentang pasokan yang tidak memadai dalam beberapa bulan setelah Rusia mengirim pasukan militer ke Ukraina dan ketika OPEC berjuang untuk meningkatkan produksi.
Namun, produksi di Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan Amerika Serikat telah naik ke level tertinggi sejak awal pandemi virus corona.
Produksi OPEC mencapai 29,6 juta barel per hari (bph) dalam bulan terakhir, menurut survei Reuters, sementara produksi AS naik menjadi 11,82 juta barel per hari pada Juni. Keduanya berada di level tertinggi sejak April 2020.
Namun, pasar minyak akan memiliki surplus kecil hanya 0,4 juta barel per hari pada 2022, jauh lebih sedikit dari perkiraan sebelumnya, menurut OPEC dan mitranya - yang dikenal sebagai OPEC+ - karena kekurangan produksi anggotanya, kata sumber OPEC+.
Sementara itu, stok minyak mentah AS turun 3,3 juta barel, Badan Informasi Energi AS mengatakan pada Rabu (31/8/2022), sementara stok bensin turun 1,2 juta barel.
Para menteri keuangan dari kelompok negara-negara kaya Kelompok Tujuh (G7) akan membahas batas harga yang diusulkan pemerintahan Biden untuk minyak Rusia ketika mereka bertemu pada Jumat (2/9/2022), kata Gedung Putih.
Baca juga: Harga minyak naik tipis di Asia ditopang sinyal permintaan BBM AS yang kuat
Baca juga: Harga minyak naik di sesi Asia ditopang kemungkinan pengurangan pasokan OPEC
Berita Lainnya
Mensos-Menko Pemberdayaan Masyarakat percepat nol kemiskinan ekstrem di Indonesia
18 December 2024 17:19 WIB
Kemenag berhasil raih anugerah keterbukaan informasi publik
18 December 2024 17:00 WIB
Dokter menekankan pentingnya untuk mewaspadai sakit kepala hebat
18 December 2024 16:37 WIB
Indonesia Masters 2025 jadi panggung turnamen terakhir The Daddies
18 December 2024 16:28 WIB
Menko Pangan: Eselon I Kemenko Pangan harus fokus pada percepatan swasembada pangan
18 December 2024 16:13 WIB
ASEAN, GCC berupaya perkuat hubungan kerja sama kedua kawasan
18 December 2024 15:57 WIB
Pramono Anung terbuka bagi parpol KIM Plus gabung tim transisi pemerintahan
18 December 2024 15:51 WIB
Pertamina berencana akan olah minyak goreng bekas jadi bahan bakar pesawat
18 December 2024 15:12 WIB