Hong Kong (ANTARA) - Pasar saham Asia melemah pada perdagangan Selasa pagi, karena investor mengalihkan fokus mereka ke laporan pasar tenaga kerja AS minggu ini, untuk mengukur apakah kenaikan suku bunga yang telah diperkirakan di seluruh dunia dapat dibenarkan.
Pada pertengahan pagi, indeks MSCI dari saham Asia Pasifik di luar Jepang melemah 0,4 persen, sementara indeks saham Nikkei Jepang naik hampir 1,0 persen, sebagian dibantu oleh putaran baru pelemahan yen Jepang.
Indeks Wall Street turun pada Senin (29/8/2022), tetapi laju penjualan saham berkurang dan saham berjangka AS stabil di Asia.
Selain suku bunga, kesehatan ekonomi China juga menjadi perhatian utama investor. Indeks Komposit Shanghai yang menjadi acuan ekuitas China kehilangan 0,4 persen di awal perdagangan.
Indeks Hang Seng Hong Kong merosot 1,8 persen karena investor mulai menarik kembali antusiasme mereka tentang kesepakatan yang dicapai antara China dan Amerika Serikat untuk akses ke dokumen audit perusahaan China.
Pada konferensi Jackson Hole pekan lalu, Ketua Federal Reserve (Fed) Jerome Powell dan pembicara Bank Sentral Eropa (ECB) memberikan nada hawkish, mendorong penjualan obligasi dan ekuitas karena para pedagang mendongkrak ekspektasi suku bunga jangka pendek.
"Fokus pasar untuk beberapa minggu ke depan setidaknya, akan menjadi kemungkinan tindakan Fed," kata Kepala Penelitian Ekuitas APAC di BNP Paribas, Manishi Raychaudhuri.
"Sebelumnya, ada pembicaraan tentang kemungkinan pemotongan suku bunga oleh The Fed, mungkin pada paruh kedua tahun 2023 atau lebih, tetapi itu sekarang agak menurun," katanya.
"Lebih tinggi lebih lama (suku bunga) mungkin jenis narasi yang dibangun," katanya.
Pasar berjangka memiliki peluang lebih baik dari dua pertiga bahwa ECB menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin pada September, dan memperkirakan sekitar 70 persen peluang bahwa Fed melakukan hal yang sama.
Data penggajian non-pertanian (NFP) AS akan dirilis pada Jumat (2/9/2022), dan pasar mungkin tidak menyukai angka yang kuat karena mendukung dasar untuk kelanjutan kenaikan suku bunga yang agresif.
Obligasi pemerintah AS turun pada Selasa pagi. Imbal hasil obligasi dua tahun turun menjadi 3,4293 persen, setelah naik setinggi 3,489 persen pada Senin (29/8/2022), tertinggi sejak akhir 2007.
Imbal hasil acuan obligasi pemerintah AS 10-tahun yang jadi acuan juga merosot 3,13 persen menjadi 3,0949 persen dari sehari sebelumnya.
Dolar AS stabil setelah penurunan semalam, meskipun euro sudah berjuang untuk mempertahankan kenaikan kecil yang didorong oleh taruhan kenaikan suku bunga ECB dan pendinginan harga gas.
Indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap sekeranjang enam mata uang utama lainnya, naik 0,2 persen menjadi 108,85, tidak jauh dari puncak dua dekade 109,48 yang dibuat sehari sebelumnya. Dolar diperdagangkan pada 0,9987 dolar per euro dan dibeli 138,59 yen.
Minyak sebagian besar menahan kenaikan di tengah prospek pengurangan produksi, karena para pedagang menantikan pertemuan produsen utama pada 5 September. Minyak mentah AS melemah sekitar 30 sen per barel pada 96,68 dolar AS dan minyak mentah Brent turun 68 sen menjadi 104,41 dolar AS per barel.
Emas sedikit lebih rendah, dengan harga emas spot diperdagangkan pada 1.735,95 dolar AS per ounce.
Baca juga: Krisis energi di Eropa menghantui euro dan pasar saham Asia
Baca juga: Bank Syariah Indonesia akan rights issue terbitkan 6 miliar saham baru