Singapura (ANTARA) - Harga minyak tergelincir di sesi Asia pada Jumat sore, setelah dua hari naik, karena pelaku pasar mempertimbangkan kekhawatiran tentang perlambatan ekonomi global, yang akan mengurangi permintaan bahan bakar, terhadap ekspektasi pasokan yang lebih ketat menjelang akhir tahun.
Harga minyak mentah berjangka Brent turun 68 sen atau 0,7 persen, menjadi diperdagangkan di 95,91 dolar AS per barel pada pukul 06.58 GMT setelah menetap 3,1 persen lebih tinggi pada Kamis (18/8/2022).
Sementara itu harga minyak mentah West Texas Intermediate AS berada di 89,81 dolar AS per barel, turun 69 sen atau 0,8 persen, menyusul kenaikan 2,7 persen di sesi sebelumnya.
Kedua kontrak acuan menuju kerugian mingguan lebih dari 2,0 persen.
Sementara data mingguan AS yang bullish mendukung optimisme peningkatan permintaan bahan bakar untuk jangka pendek, kekhawatiran resesi dan kemungkinan peningkatan produksi oleh OPEC+ kemungkinan akan membatasi kenaikan harga minyak, kata Satoru Yoshida, seorang analis komoditas di Rakuten Securities.
Persediaan minyak mentah AS turun tajam karena negara itu mengekspor rekor 5 juta barel minyak per hari dalam minggu terakhir, karena perusahaan-perusahaan minyak mendapatkan permintaan besar dari negara-negara Eropa yang ingin menggantikan minyak mentah dari Rusia yang bertikai.
Menjaga pasokan minyak mentah tetap nyaman, kilang-kilang minyak AS berencana untuk terus beroperasi mendekati kecepatan penuh pada kuartal ini, menurut eksekutif dan perkiraan, karena penyuling mengesampingkan kekhawatiran tentang resesi dan penurunan harga eceran untuk mengirimkan lebih banyak bahan bakar.
Kenaikan produksi bahan bakar AS sebagian dapat mengimbangi ekspor produk minyak yang lebih rendah dari China tahun ini, karena Beijing memprioritaskan pasar lokal untuk mengekang inflasi bahan bakar domestik.
Mengenai pasokan, Haitham Al Ghais, Sekretaris Jenderal baru Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC), mengatakan kepada Reuters bahwa pembuat kebijakan, pembuat undang-undang dan investasi sektor minyak dan gas yang tidak mencukupi harus disalahkan atas harga energi yang tinggi, bukan kelompoknya.
Kelompok tersebut bersama dengan sekutu seperti Rusia, yang dikenal sebagai OPEC+, akan bertemu pada 5 September untuk menyesuaikan produksi. OPEC ingin memastikan Rusia tetap menjadi bagian dari kesepakatan produksi minyak OPEC+ setelah 2022, kata Al Ghais.
Rekor ekspor minyak mentah AS, dimulainya kembali produksi Libya dan ekspor berkelanjutan dari Rusia dan Iran telah mengurangi ketatnya pasokan global menjelang puncak pemeliharaan kilang.
Namun pasokan bisa mengencang lagi ketika pembeli Eropa mulai mencari pasokan alternatif untuk menggantikan minyak Rusia menjelang sanksi Uni Eropa yang berlaku mulai 5 Desember.
"Kami menghitung Uni Eropa akan perlu mengganti 1,2 juta barel per hari impor minyak mentah Rusia melalui laut dengan minyak mentah dari daerah lain," kata konsultan FGE dalam sebuah catatan.
Baca juga: Harga minyak naik tipis di Asia ditopang optimisme permintaan lebih kuat
Baca juga: Minyak di Asia lanjut penurunan, dipicu prospek permintaan lemah
Berita Lainnya
Menteri ESDM Bahlil sebut kenaikan PPN 12 persen tak pengaruhi harga BBM
19 December 2024 16:58 WIB
Prof Haedar Nashir terima anugerah Hamengku Buwono IX Award dari UGM
19 December 2024 16:35 WIB
NBA bersama NBPA hadirkan format baru untuk laga All-Star 2025
19 December 2024 16:16 WIB
PPN 12 persen, kebijakan paket stimulus dan dampak terhadap ekonomi
19 December 2024 15:53 WIB
Pertamina Patra Niaga siap lanjutkan program BBM Satu Harga di 2025
19 December 2024 15:47 WIB
BNPT-PBNU sepakat terus perkuat nilai Pancasila cegah ideologi radikalisme
19 December 2024 15:38 WIB
Maskapai Garuda Indonesia tambah pesawat dukung operasional di liburan
19 December 2024 15:19 WIB
Kemenekraf berkolaborasi untuk bantu promosikan produk kreatif
19 December 2024 14:52 WIB