Beberapa negara Asia perlu naikkan bunga dengan cepat buat dinginkan inflasi

id Berita hari ini, berita riau terbaru, berita riau antara, suku bunga

Beberapa negara Asia perlu naikkan bunga dengan cepat buat dinginkan inflasi

Foto Dokumen: Logo Dana Moneter Internasional (IMF) terlihat di gedung markas IMF selama pertemuan tahunan IMF/Bank Dunia di Washington, AS, 14 Oktober 2017. (ANTARA/REUTERS/Yuri Gripas)

Tokyo (ANTARA) - Beberapa bank sentral Asia harus menaikkan suku bunga dengan cepat, karena tekanan inflasi meningkat akibat lonjakan global dalam biaya makanan dan bahan bakar yang disebabkan perang di Ukraina, kata seorang pejabat senior Dana Moneter Internasional (IMF).

"Tekanan inflasi Asia yang meningkat tetap lebih moderat dibandingkan dengan kawasan lain, tetapi kenaikan harga di banyak negara telah bergerak di atas target bank sentral," Krishna Srinivasan, direktur Departemen Asia dan Pasifik IMF, menulis dalam sebuah blog yang diterbitkan pada Kamis (28/7).

"Beberapa negara perlu menaikkan suku dengan cepat karena inflasi meluas ke harga-harga inti, yang mengecualikan kategori makanan dan energi yang lebih bergejolak, untuk mencegah spiral ekspektasi inflasi dan upah yang nantinya akan membutuhkan kenaikan yang lebih besar untuk diatasi jika dibiarkan tidak terkendali," kata dia.

Sebagian besar negara berkembang Asia telah mengalami arus keluar modal yang sebanding dengan yang terjadi pada 2013, ketika imbal hasil obligasi global melonjak di tengah petunjuk Federal Reserve AS bahwa pihaknya mungkin mengurangi pembelian obligasi lebih cepat dari yang diperkirakan, kata Srinivasan.

Arus keluar sangat besar untuk India, yang telah mengeluarkan 23 miliar dolar AS sejak invasi Rusia ke Ukraina, tulisnya. Arus keluar juga terlihat di ekonomi seperti Korea Selatan dan Taiwan.

Pengetatan kondisi moneter akan membebani keuangan yang sudah memburuk di beberapa ekonomi Asia, dan membatasi ruang lingkup bagi pembuat kebijakan untuk meredam pukulan ekonomi dari pandemi dengan pengeluaran fiskal.

Bagian Asia dari total utang global telah meningkat dari 25 persen sebelum krisis keuangan global menjadi 38 persen pasca-COVID, meningkatkan kerentanan kawasan terhadap perubahan kondisi keuangan global, kata Srinivasan.

Beberapa negara Asia mungkin perlu mengambil langkah-langkah seperti intervensi valuta asing dan kontrol modal guna memerangi arus keluar dana yang tajam, tambahnya.

Baca juga: Nilai tukar rupiah menguat jelang pertemuan bank sentral AS

Baca juga: Uni Eropa akan perlunak sanksi bagi bank-bank Rusia demi pasokan pangan