Jakarta (ANTARA) - Uni Eropa (EU) pada Rabu (20/7) akan memperlunak sanksi terhadap Moskow dengan menghentikan pembekuan dana sejumlah bank Rusia, menurut sebuah rancangan dokumen.
Langkah itu kemungkinan diperlukan untuk melonggarkan hambatan pada perdagangan pangan dan pupuk secara global.
Perubahan aturan sanksi dilakukan di tengah kritik yang dilemparkan kalangan pemimpin negara-negara Afrika soal dampak negatif sanksi bidang perdagangan.
Sanksi seperti itu kemungkinan telah memperburuk penurunan pasokan pangan, yang terutama diakibatkan oleh invasi Rusia ke Ukraina serta pelabuhan-pelabuhan yang terblokir di Laut Hitam.
Perubahan itu diperkirakan akan disahkan oleh para utusan negara-negara EU pada Rabu.
Berdasarkan aturan yang diubah itu, negara-negara Uni Eropa akan bisa mencairkan sumber-sumber ekonomi --yang sebelumnya dibekukan-- milik bank-bank utama Rusia pemberi pinjaman, menurut dokumen tersebut.
Bank-bank yang disebutkan dalam dokumen itu adalah VTB, Sovcombank, Novikombank, Otkritie FC Bank, VEB, Promsvyazbank, dan Bank Rossiya.
Sementara itu di bawah sanksi-sanksi baru yang akan diberlakukan pada Rabu, bank terbesar Rusia, Sberbank, akan dikenai pembekuan pada aset-asetnya kecuali yang terkait sumber daya yang diperlukan untuk perdagangan pangan, kata seorang pejabat EU.
Rancangan aturan menyebutkan bahwa uang bisa dicairkan "setelah ditentukan bahwa dana atau sumber-sumber ekonomi seperti itu penting untuk membeli, mengimpor, atau pengangkutan produk-produk pertanian dan pangan, termasuk biji-bijian dan pupuk".
Berdasarkan perubahan sanksi, EU juga berencana memfasilitasi ekspor pangan dari pelabuhan-pelabuhan Rusia, kata seorang pejabat.
Para pedagang menghentikan layanan ekspor setelah EU menerapkan sanksi kendati ada langkah-langkah yang secara gamblang mengecualikan sanksi pada ekspor pangan.
EU sejauh ini membantah anggapan bahwa sanksi-sanksi yang diterapkannya menimbulkan dampak negatif pada perdagangan pangan.
EU, bersama Amerika Serikat, Inggris, dan negara-negara lainnya menjatuhkan serentetan sanksi terhadap Rusia setelah negara itu menyerbu Ukraina pada 24 Februari.
Rusia menyebut aksinya itu sebagai "operasi militer khusus" untuk melucuti senjata dan "mengenyahkan pengaruh Nazi" di Ukraina.
Pemerintah Ukraina serta negara-negara Barat menganggap penyerbuan oleh Moskow itu sebagai aksi perang tanpa provokasi.
Baca juga: Amerika Serikat tuduh pengusaha Rusia langgar sanksi ekspor pesawat
Baca juga: Harga minyak mentah naik jelang pertemuan Uni Eropa tentang sanksi Rusia
Sumber: Reuters
Berita Lainnya
Erick Thohir ajak masyarakat doakan Garuda Muda lolos ke Olimpiade Paris
02 May 2024 17:02 WIB
Warga Malaysia ini masuk Indonesia secara ilegal, ini yang dilakukan Kemenkumham Riau
02 May 2024 16:58 WIB
BMKG sebut gelombang panas Asia tidak terdampak di Indonesia
02 May 2024 16:45 WIB
Mendag Zulkifli Hasan minta importir percepat suplai untuk tekan harga gula
02 May 2024 16:40 WIB
BPS catat inflasi pada Lebaran 2024 lebih rendah dari tahun-tahun lalu
02 May 2024 16:30 WIB
Program Kartu Prakerja raih penghargaan Wenhui Awards dari UNESCO
02 May 2024 16:15 WIB
Puan Maharani ajak dukung kemajuan ekosistem pendidikan pada Hardiknas 2024
02 May 2024 15:54 WIB
ADB dorong pemerintah di Asia dan Pasifik dukung kesejahteraan penduduk lanjut usia
02 May 2024 15:32 WIB