Jakarta (ANTARA) - Pemerintah Indonesia dan Australia sepakat untuk memperkuat kerja sama dalam ketahanan pangan, termasuk pada komoditas gandum yang terhambat akibat perang Ukraina-Rusia .
Pernyataan itu disampaikan Presiden Joko Widodo usai menerima kunjungan resmi Perdana Menteri Australia Anthony Albanese di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Senin.
"Penting bagi kita untuk memperkuat ketahanan pangan. Kita membahas upaya keberlanjutan rantai pasok pangan termasuk gandum di tengah situasi dunia yang sangat sulit ini," kata Presiden Jokowi.
Presiden juga menekankan bahwa kedua negara sepakat dalam peningkatan kerja sama bidang pengolahan makanan, inovasi makanan dan rantai pasok.
Oleh karena itu, Presiden Jokowi menekankan pentingnya keberlanjutan kerja sama dalam bentuk Nota Kesepahaman (MoU) di bidang pertanian antara RI dan Australia untuk segera diimplementasikan.
Selain itu, Presiden juga menekankan pentingnya penguatan kerja sama energi dan perubahan iklim. Apalagi, PM Albanese berinisiatif memberikan dana hibah awal sebesar 200 juta dolar AS untuk kemitraan infrastruktur dan ketahanan iklim kedua Negara.
"Saya juga menyambut baik komitmen investasi Fortescue Metals Group di bidang hydropower dan geothermal senilai 10 miliar dolar AS dan Sun Cable di bidang energi senilai 1,5 miliar dolar AS," kata Presiden Jokowi.
Dalam pertemuan bilateral Indonesia-Australia, Presiden Jokowi dan PM Albanese membahas dua isu besar, yaitu upaya memperkuat kerja sama bilateral dan saling bertukar pendapat mengenai berbagai isu di kawasan dan dunia.
Kunjungan PM Anthony ke Indonesia ini merupakan yang pertama kalinya sejak dirinya dilantik 23 Mei 2022 lalu. Kunjungan PM Anthony, yang merupakan pria keturunan Italia-Australia, akan ditutup dengan jamuan santap siang kenegaraan.
Baca juga: Presiden Jokowi serukan sumber pertumbuhan baru ekonomi harus diperkuat