Jakarta (ANTARA) - Direktur Pasca-Sarjana Universitas YARSI Prof Tjandra Yoga Aditama mendorong otoritas terkait untuk melakukan audit terhadap setiap kasus kematian yang terjadi akibat COVID-19.
"Setiap nyawa yang hilang tentu amat berharga dan tidak dapat tergantikan dengan apapun juga," kata dia saat dikonfirmasi di Jakarta, Rabu.
Ia mengatakan angka kematian akibat COVID-19 di Indonesia bukanlah angka perbandingan semata, namun perlu dipelajari lebih mendalam sebagai upaya pengendalian angka kematian yang menunjukkan tren peningkatan dari hari ke hari.
Baca juga: Dua dokter Israel terinfeksi varian Omicron, karena dari London yaa?
Untuk itu, Tjandra mendorong otoritas terkait melakukan audit terhadap setiap kasus kematian yang terjadi akibat COVID-19 untuk menentukan penyebab dari kejadian tersebut.
Selain itu, kata dia, diperlukan analisa perjalanan penyakit sejak pasien tertular berdasarkan gejala yang timbul baik ringan, sedang. hingga meninggal.
Selanjutnya juga diperlukan analisa mendalam terhadap jenis varian SARS-CoV-2 yang memicu kematian.
Analisa yang juga penting, kata Tjandra, terkait dengan kemungkinan faktor keterlambatan penanganan, baik itu dari pasien maupun pelayanan kesehatan.
"Kalau ada berapa lama 'total delay'," katanya.
Baca juga: Vaksinasi Pekanbaru capai 99 persen, sisakan 8.000 anak sekolah lagi
Tjandra yang juga mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara periode 2018-2022 itu, mengatakan upaya pengendalian kasus kematian juga bisa dilakukan melalui pelibatan tim medis di rumah sakit dalam menganalisa pasien bergejala ringan tapi berisiko berat.
"Karena angka keterisian tempat tidur rumah sakit sekarang masih sekitar 30 persen, dan itu pun belum dari kapasitas maksimal, maka baiknya sekarang mereka yang ringan tetapi punya risiko menjadi berat sebaiknya dirawat inap di rumah sakit saja," katanya.
Namun bila angka keterisian rumah sakit jauh meningkat, kata Tjandra, maka baru aturan dikembalikan lagi menjadi hanya untuk kasus sedang dan berat.
Upaya lainnya dalam mengendalikan kasus kematian dilakukan melalui pembatasan sosial dan mematuhi protokol kesehatan, tes dan telusur kasus yang terus ditingkatkan secara merata serta vaksinasi harus terus digalakkan.
"Termasuk 'booster' (penguat) yang sampai 22 Februari 2022 cakupannya baru 4,24 persen," katanya.
Kementerian Kesehatan RI pada Selasa (22/2) menyampaikan total kasus kematian COVID-19 sejak penularan Omicron merebak mencapai 2.484 jiwa. Sebanyak 46 persen di antaranya memiliki komorbid dan 54 persen sisanya tidak memiliki komorbid.
Baca juga: Pfizer akan gantikan AstraZeneca sebagai pemasok utama vaksin COVID ke negara miskin, kenapa?
Berita Lainnya
Film "Perang Kota" akan jadi penutup festival film Rotterdam, Belanda ke-54
19 December 2024 11:38 WIB
Bandara Radin Inten perkirakan capai 95 ribu penumpang di libur akhir tahun
19 December 2024 11:29 WIB
Baznas dan Kemenag resmi luncurkan peta jalan zakat 2045
19 December 2024 11:20 WIB
IHSG Bursa Efek Indonesia melemah di tengah The Fed pangkas suku bunga acuan
19 December 2024 11:12 WIB
Nilai tukar rupiah melemah tajam karena The Fed beri pernyataan sangat "hawkish"
19 December 2024 10:35 WIB
Direksi BRK Syariah bersama Wamen Dikdasmen RI hadiri Milad ke-112 Muhammadiyah
19 December 2024 10:16 WIB
Mensos-Menko Pemberdayaan Masyarakat percepat nol kemiskinan ekstrem di Indonesia
18 December 2024 17:19 WIB
Kemenag berhasil raih anugerah keterbukaan informasi publik
18 December 2024 17:00 WIB