New York (ANTARA) - Harga minyak beragam pada akhir perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB), dengan minyak mentah AS menghentikan kenaikan delapan minggu, karena prospek peningkatan ekspor minyak Iran melampaui kekhawatiran potensi gangguan pasokan akibat krisis Rusia-Ukraina.
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman April naik 57 sen atau 0,6 persen, menjadi menetap di 93,54 dolar AS per barel. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman Maret, kehilangan 69 sen atau hampir 0,8 persen, menjadi ditutup di 91,07 dolar AS per barel.
Kedua harga acuan mencapai level tertinggi sejak September 2014 pada Senin (14/2/2022), tetapi prospek pelonggaran sanksi minyak terhadap Iran telah membebani pasar. Brent membukukan kenaikan tipis 0,9 persen dalam kenaikan minggu kesembilan berturut-turut sementara WTI jatuh 1,7 persen minggu ini.
Kekhawatiran atas kemungkinan gangguan pasokan akibat kehadiran militer Rusia di perbatasan Ukraina telah membatasi kerugian minggu ini. Barat telah mengancam Rusia, pemasok minyak dan gas utama, dengan sanksi baru jika menyerang Ukraina; Rusia membantah merencanakan serangan apa pun.
Sanksi apa pun yang mungkin dikenakan pada Rusia oleh Uni Eropa tidak boleh termasuk impor energi, kata Perdana Menteri Italia Mario Draghi.
Presiden AS Joe Biden akan memberikan pembaruan tentang situasi Rusia-Ukraina pada Jumat (18/2/2022) pukul 21.00 GMT, kata Gedung Putih.
Seorang pejabat senior Uni Eropa mengatakan pada Jumat (18/2/2022) bahwa kesepakatan AS-Iran untuk menghidupkan kembali perjanjian nuklir Iran 2015 dengan kekuatan dunia sudah dekat, tetapi keberhasilannya tergantung pada kemauan politik dari mereka yang terlibat.
Namun, kesepakatan yang terbentuk menjabarkan fase langkah bersama untuk membawa kedua belah pihak kembali ke kepatuhan penuh, dan yang pertama tidak termasuk keringanan sanksi minyak, kata para diplomat.
Akibatnya, ada sedikit kemungkinan minyak mentah Iran kembali ke pasar dalam waktu dekat untuk mengurangi ketatnya pasokan saat ini, kata para analis.
Mencerminkan ketatnya pasokan minyak global, keterbelakangan (backwardation) enam bulan untuk minyak mentah Brent mencapai rekor terluas pada Rabu (16/2/2022). Keterbelakangan adalah struktur pasar ketika kontrak untuk pengiriman jangka pendek dihargai lebih tinggi daripada kontrak untuk bulan-bulan berikutnya.
OPEC+, yang terdiri dari Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya termasuk Rusia, akan bekerja untuk mengintegrasikan Iran ke dalam pakta produksi minyaknya jika Teheran dan kekuatan dunia mencapai kesepakatan untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir mereka, kata sumber yang dekat dengan kelompok itu.
Menambah tekanan pada WTI, perusahaan energi AS minggu ini menambahkan empat rig minyak, dengan jumlah rig, indikasi produksi masa depan, naik ke 520, tertinggi sejak April 2020, kata perusahaan jasa energi Baker Hughes Co.
Berita Lainnya
Mendag Budi Santoso sebut harga MinyaKita turun dalam dua hari
28 November 2024 13:13 WIB
Mendag Budi Santoso bakal temui distributor bahas harga Minyakita di atas HET
20 November 2024 15:39 WIB
China umumkan akan naikkan harga eceran bensin dan solar
11 October 2024 16:13 WIB
Kemendag: Utang selisih harga minyak goreng ke pengusaha sudah dibayar 90 persen
07 October 2024 12:20 WIB
Harga komoditas bawang putih tembus Rp44.880 per kg dan minyak Rp20.220 per kg
07 August 2024 14:21 WIB
Harga minyak mentah naik di tengah konflik Timur Tengah
07 February 2024 14:52 WIB
Harga minyak melonjak, OPEC+ mungkin perpanjang pemangkasan produksi
29 November 2023 12:24 WIB
Harga minyak mentah turun usai OPEC+ tunda pertemuan
23 November 2023 12:21 WIB