Gajah Liar Berkonflik Dengan Warga Riau

id gajah liar, berkonflik dengan, warga riau

Pekanbaru, (antarariau.com) - Kawanan gajah liar berumur dewasa yang berjumlah sekitar tujuh ekor berkonflik dengan warga Desa Kepenuhan Barat dan Desa Seroja, Kecamatan Kepenuhan, Kabupaten Rokan Hulu, Riau.

"Kami kembali dibayangi teror akibat kawanan gajah dewasa yang kerap berkeliaran di areal perkebunan kami. Kejadian ini bukan yang pertama," kata Kepala Desa Seroja Muhammad Dain lewat sambungan telepon, Senin.

Kawanan gajah liar itu kata dia, sudah kerap merambah areal perkebunan warga sejak Minggu (6/1), bahkan hingga kerap merusak perkebunan warga.

Parahnya lagi, demikian Dain, sebelumnya menurut informasi warga setempat, kawanan hewan bongsor itu telah sempat merusak puluhan hektar areal perkebunan kelapa sawit.

Bahkan tiga ekor diantara kawanan hewan dilindungi negara itu sudah masuk pemukiman warga. "Kami minta pihak pemerintah segera turun tangan untuk mengantisipasinya," katanya.

Dain mengatakan, dari tujuh gajah yang sering berkeliaran di wilayah perkebunan, ada tiga ekor yang kerap mendatangi kawasan permukiman warga.

"Kami selaku aparatur desa dan kecamatan sudah menyampaikan pada Dinas Perkebunan dan Kehutanan (Dishutbun) agar segera melakukan penanganan terhadap gajah liar itu," katanya.

Memang belum ada korban jiwa, demikian Dain, namun perkebunan masyarakat seperti kelapa sawit yang baru berumur satu hingga dua tahun habis dirusak kawanan hewan bongsor ini.

Warga Pasir Pandak Kepenuhan Barat, Julianto, mengaku resah dan takut untuk beraktivitas ke kebun kelapa sawit miliknya yang mulai menuai buah pasir.

"Masih takut, karena gajah-gajah itu sering datang pagi dan sore hari. Makanya kalau ke kebun, lebih baik agak siangan," kata dia.

Konflik gajah dengan manusia di Riau kali ini bukan yang pertama. Bahkan lembaga lingkungan global, WWF, mendata ditahun 2012 ada sebanyak 15 ekor gajah mati diduga akibat dibunuh.

Konflik gajah dengan manusia di Riau diindikasikan ada beberapa penyebab. Namun yang paling kental, yakni akibat terus menyempitnya lahan hutan di provinsi ini.